Kepala Balai Karantina Sumatera Selatan Sri Endah Ekandari menyebut ekspor kopi asal Sumsel semakin meningkat. Bahkan, sudah ada 19,8 ton kopi yang diekspor ke Malaysia melalui Pelabuhan Boom Baru Palembang.
Dari jumlah tersebut, nilai ekonominya tercatat mencapai Rp 1,2 miliar. Endah menjelaskan memang terjadi peningkatan yang signifikan terhadap volume ekspor kopi dalam tiga tahun terakhir.
“Pada 2023, ekspor hanya sebesar 64 kilogram. Sementara itu, sepanjang 2024 meningkat menjadi 19,8 ton, dan hingga pertengahan 2025 tercatat sudah mencapai 127 ton,” ujar Sri Endah, Rabu (6/8/2025).
Endah menerangkan kopi yang diekspor sebelumnya telah melalui proses karantina ketat oleh Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan.
“Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan komoditas bebas dari organisme pengganggu tumbuhan dan sesuai dengan standar sanitasi dan fitosanitasi (SPS) negara tujuan,” jelasnya.
Tak hanya itu, sertifikat kesehatan tumbuhan (Phytosanitary Certificate) juga diterbitkan sebagai dokumen resmi ekspor.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Aspek keamanan dan kualitas menjadi prioritas dalam proses ekspor ini. Setiap komoditas pertanian yang akan dikirim ke luar negeri harus memenuhi persyaratan teknis dan keamanan pangan. Ini penting untuk menjaga kepercayaan pasar internasional terhadap produk kita,” katanya.
Endah menjelaskan penguatan sistem ketertelusuran menjadi langkah strategis berikutnya untuk memperkuat daya saing kopi Sumsel. Hal itu lantaran sistem ini memungkinkan informasi asal-usul produk diketahui secara jelas oleh konsumen luar negeri.
“Kami juga terus berkolaborasi dengan instansi terkait dalam memberikan pendampingan teknis dan pelayanan ekspor yang prima. Harapannya, produk unggulan daerah seperti kopi bisa lebih mudah bersaing di pasar global,” ucap dia.