9 Daerah Rawan Karhutla Belum Naikkan Status Siaga

Posted on

Sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan hingga saat ini belum menaikkan status siaga darurat bencana asap. Padahal beberapa wilayah sudah mulai masuk musim kemarau dan terjadi peningkatan hotspot.

“Ada 12 daerah yang rawan karhutla di Sumsel. Hingga saat ini baru beberapa yang menaikkan status siaga. Kita harapkan daerah secepatnya bisa menaikkan status menjadi siaga untuk mengantisipasi lebih dini karhutla,” ujar Kepala BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana, Sabtu (7/6/2025).

Ada 9 daerah rawan karhutla yang belum menaikkan status siaga. Ke-9 daerah itu adalah Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Mura, Muratara, dan Lahat.

Sementara tiga daerah lain yakni, Muba, OKI, dan PALI sudah menaikkan status siaga. “Satu lagi daerah yang sudah menaikkan status siaga Pemkot Prabumulih yang tidak termasuk daerah rawan tapi berpotensi karhutla,” katanya.

Dia menyebut, proses kenaikan status menjadi siaga itu sudah berproses. Daerah-daerah itu masih menunggu tanda tangan kepala daerah masing-masing.

“Sudah di meja kepala daerah, tinggal menunggu tanda tangan saja. Kita akan terus dorong agar secepatnya menaikkan status siaga,” katanya.

Iqbal menjelaskan beberapa daerah yang belum menetapkan status siaga memiliki lahan gambut. Wilayah-wilayah ini juga menjadi langganan karhutla. Yakni Ogan Ilir, Muara Enim, Mura, Muratara dan beberapa daerah lainnya.

“Daerah yang belum menaikkan status dan memiliki lahan gambut akan jadi atensi kita,” terangnya.

Sebelumnya, BPBD Sumsel bersama pihak terkait lainnya telah melakukan rakor lintas instansi untuk percepatan peningkatan status siaga di tingkat provinsi. Penetapan itu menyusul syarat dua daerah naik status siaga sudah terpenuhi.

Kemudian indikator lainnya adalah terjadinya peningkatan dua kali lipat hotspot Mei dibandingkan April atau sebanyak 523 titik panas, kejadian karhutla di Ogan Ilir, dan telah masuknya musim kemarau sesuai informasi BMKG. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-Oktober.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *