Sebanyak 16 kabupaten/kota di Sumatera Selatan sudah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Hanya Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan yang belum terjadi karhutla atau termasuk dalam zona hijau.
Ke-16 daerah yang sudah terjadi karhutla itu berdasarkan laporan Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan (Dalkarhut) Sumatera dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel.
Data Dalkarhut bersumber dari rangkuman hasil analisa citra Satelit oleh Kementerian Kehutanan, BRIN, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Sedangkan BPBD Sumsel berdasarkan laporan satgas karhutla di daerah. Dari data yang disampaikan balai dalkarhut, karhutla di Sumsel terjadi di 14 kabupaten/kota seluas 1.416,9 hektare. Sedangkan daerah yang belum pernah karhutla di Prabumulih, OKU Selatan, dan Palembang.
Sementara data BPBD Sumsel juga menyebut kejadian karhutla ada di 14 daerah. Pagar Alam, Muratara dan OKU Selatan disebut belum terpantau terjadi karhutla.
Melihat data kedua lembaga itu, hanya OKU Selatan yang belum pernah terjadi karhutla. Sementara Prabumulih, Palembang, Pagar Alam, dan Muratara terpantau karhutla dari data masing-masing lembaga tersebut.
Kepala Balai Dalkarhut Ferdian Kristanto mengatakan ada beberapa titik yang tidak ditangani pihaknya dalam penanganan karhutla. Namun, data karhutla yang disampaikannya hasil dari pemantauan analisa citra satelit yang terlihat jelas adanya hotspot.
“Ada banyak titik yang memang tidak kami tangani, namun di citra satelit sangat jelas terlihat dan memang kami pantau ada hotspot juga di lokasi. Baik dari patroli helikopter juga kadang terlihat namun dari darat sangat jauh dan sering tidak bisa dijangkau satgas darat sehingga terjadi perbedaan data. Seperti kemarin di Banyuasin tim darat yang mentok di sungai dan tidak bisa menyeberang ke lokasi karhutla,” ujar Ferdian, Kamis (21/8/2025).
Dari data Dalkarhut, tercatat lima daerah di Sumsel yang luasan karhutlanya mencapai ratusan hektare. Kelima daerah itu adalah Ogan Ilir yang mencapai 317 hektare (terjadi di lahan mineral). Musi Banyuasin 314,2 hektare dengan 305,2 hektare di antaranya terjadi di lahan mineral dan gambut 8,9 hektare.
Ogan Komering Ulu (OKU) seluas 190,4 hektare (mineral), Musi Rawas 151,7 hektare (mineral), dan Muara Enim 101,8 hektare dengan 90,9 hektare di antaranya di lahan mineral dan 11 hektare di gambut. Kejadian karhutla tertinggi terjadi pada periode Juni-Juli.
“Frekuensi karhutla memang paling banyak terjadi pada Juni-Juli kemarin. Di Agustus ini ada penurunan,” katanya
Sementara Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman mengatakan, pihaknya mendata terjadinya karhutla di daerah berdasarkan laporan dari satgas karhutla kabupaten/kota.
“Hingga 19 Agustus, dari laporan satgas daerah terjadi karhutla di 14 daerah. Paling banyak kejadian di Ogan Ilir, Muba, Muara Enim, OKI, dan Banyuasin. Memang ada penghitungan kejadian karhutla yang berbeda karena sumbernya beda. Kita berdasarkan laporan kejadian dari BPBD kabupaten/kota,” katanya.