Asal-usul Gandus, Tranformasi Hutan Belantara Jadi Pusat Sejarah-Budaya

Posted on

Gandus merupakan salah satu kecamatan di Kota Palembang. Gandus memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya resmi berdiri sebagai kecamatan hasil pemekaran pada tahun 2001.

Dulunya, kawasan ini hanyalah wilayah hutan belantara yang kemudian dibuka oleh penduduk untuk dijadikan lahan pertanian berupa sawah dan kebun.

Camat Gandus Palembang, Jufriansyah menjelaskan bahwa Kecamatan Gandus resmi terbentuk pada tahun 2001 sebagai hasil pemekaran dari Kecamatan Ilir Barat II. Saat ini, kecamatan tersebut telah memiliki lima kelurahan dengan total penduduk kurang lebih 75.450 jiwa dan luas wilayah sekitar 49,64 km.

“Seiring berjalannya waktu, wilayah Gandus berkembang pesat. Dari kawasan hutan, masyarakat membuka lahan pertanian hingga akhirnya masuk dalam wilayah administratif Kota Palembang. Pemekaran dari Kecamatan Ilir Barat II menjadikan Gandus sebagai kecamatan tersendiri yang kini memiliki peran strategis,” katanya kepada infoSumbagsel, Sabtu (20/9/2025).

Jufri menjelaskan secara geografis, Kecamatan Gandus berada di bagian pinggiran Kota Palembang ke arah timur, sebagian wilayahnya terletak di tepi Sungai Musi. Karakteristik wilayah ini unik karena terdiri dari kombinasi daratan dan rawa pasang surut, dengan perbandingan 60% daratan dan 40% rawa.

“Posisi Gandus semakin penting karena keberadaan Jembatan Musi II dan Jembatan Musi V yang baru dibangun melintasi Sungai Musi. Keberadaan dua jembatan ini menjadikan Gandus sebagai penghubung penting antara masyarakat Seberang Kertapati dan Gandus serta Ogan Ilir dan Muara Enim,” ungkapnya.

“Dengan adanya jembatan ini, akses masyarakat semakin mudah dan Gandus menjadi pintu strategis yang menghubungkan dua sisi Palembang,” sambungnya.

Selain peran strategis, Gandus juga memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri. Di kecamatan ini berdiri Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebuah situs bersejarah yang menjadi bukti kejayaan masa lalu Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.

Tak hanya itu, di wilayah Gandus juga terdapat Museum Al-Qur’an Raksasa destinasi wisata religi yang menampilkan ukiran Al-Qur’an terbesar di dunia dan menjadi ikon kebanggaan masyarakat Palembang.

“Dengan potensi sejarah, budaya, serta peran strategis sebagai penghubung antarwilayah, Gandus kini berkembang sebagai salah satu kecamatan penting di Kota Palembang yang terus berbenah demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tutupnya.

Sementara itu, penggiat sejarah Sumsel, Hidayatul Fikri atau yang akrab disapa Mang Dayat menuturkan bahwa nama Gandus berasal dari sebuah sungai yang berada di kawasan tersebut. Di sepanjang pesisir Sungai Gandus inilah permukiman pertama mulai terbentuk.

“Nama Gandus itu diambil dari Sungai Gandus. Pesisir sungai inilah yang dijadikan tempat tinggal pertama kali oleh warga, tepatnya di sekitar simpang Jalan Sosial dan Jalan Lettu Karim Kadir sekarang,” jelasnya

Ia menyebutkan, berdasarkan sumber peta tahun 1912, jejak penduduk Gandus sudah tercatat meskipun saat itu masih berupa koloni kecil. “Artinya, sejak 1912 sudah ada kehidupan masyarakat di Gandus, walaupun masih dalam skala kecil,” katanya.

Perkembangan Gandus mulai terlihat pada dekade 1980-1990-an dengan dibangunnya akses Jalan Karang Anyar-Gandus. Kemudian, jalur Keramasan semakin membuka keterhubungan setelah peresmian Jembatan Musi II di era 1990-an.

“Pembangunan jalan itu menjadi titik balik, membuat Gandus semakin terhubung dengan wilayah lain. Apalagi setelah Jembatan Musi II dibuka, akses ke Gandus makin mudah,” tutur Hidayatul.

Pada penghujung 1990-an, pembukaan jalan Parameswara serta Demang Lebar Daun kembali mendorong percepatan pertumbuhan kawasan ini. Lalu memasuki awal 2000, terjadi peralihan besar pada tata guna lahan.

“Dulu kawasan ini didominasi kebun dan rawa. Tapi sejak awal 2000-an mulai banyak dialihfungsikan menjadi kawasan perumahan dengan reklamasi rawa. Dari situlah Gandus berkembang cepat seperti sekarang,” tutupnya.

Sementara itu, penggiat sejarah Sumsel, Hidayatul Fikri atau yang akrab disapa Mang Dayat menuturkan bahwa nama Gandus berasal dari sebuah sungai yang berada di kawasan tersebut. Di sepanjang pesisir Sungai Gandus inilah permukiman pertama mulai terbentuk.

“Nama Gandus itu diambil dari Sungai Gandus. Pesisir sungai inilah yang dijadikan tempat tinggal pertama kali oleh warga, tepatnya di sekitar simpang Jalan Sosial dan Jalan Lettu Karim Kadir sekarang,” jelasnya

Ia menyebutkan, berdasarkan sumber peta tahun 1912, jejak penduduk Gandus sudah tercatat meskipun saat itu masih berupa koloni kecil. “Artinya, sejak 1912 sudah ada kehidupan masyarakat di Gandus, walaupun masih dalam skala kecil,” katanya.

Perkembangan Gandus mulai terlihat pada dekade 1980-1990-an dengan dibangunnya akses Jalan Karang Anyar-Gandus. Kemudian, jalur Keramasan semakin membuka keterhubungan setelah peresmian Jembatan Musi II di era 1990-an.

“Pembangunan jalan itu menjadi titik balik, membuat Gandus semakin terhubung dengan wilayah lain. Apalagi setelah Jembatan Musi II dibuka, akses ke Gandus makin mudah,” tutur Hidayatul.

Pada penghujung 1990-an, pembukaan jalan Parameswara serta Demang Lebar Daun kembali mendorong percepatan pertumbuhan kawasan ini. Lalu memasuki awal 2000, terjadi peralihan besar pada tata guna lahan.

“Dulu kawasan ini didominasi kebun dan rawa. Tapi sejak awal 2000-an mulai banyak dialihfungsikan menjadi kawasan perumahan dengan reklamasi rawa. Dari situlah Gandus berkembang cepat seperti sekarang,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *