Seorang pria di Palembang menggendong jasad bayinya viral di media sosial. Beredar isu keluarga yang tak punya uang untuk pemakaman merupakan korban penelantaran RSUD Palembang Bari. Menanggapi hal tersebut, pihak rumah sakit buka suara.
Katim Humas dan Pemasaran RSUD Palembang Bari Adea Triutami membantah informasi tersebut.
“Sesuai dengan press release yang sudah kami sampaikan, ya (membantah penelantaran jenazah bayi),” ujarnya singkat saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Minggu (21/9).
Dalam keterangannya, Adea menjelaskan bahwa bayi N, yang kemudian diberi nama Firli Saputri, tersebut datang sebagai pasien rujukan sejak Senin (1/9/2025) ke RSUD Bari. Setelah melewati perawatan intensif di NICU selama 20 hari, kata dia, korban dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (20/9) sekitar pukul 11.06 WIB.
Kemudian, jenazah diantar pulang menggunakan ambulans ke wilayah 10 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I, Palembang pukul 11.51 WIB dan tiba sekitar 40 menit kemudian. Namun, ambulans hanya dapat mengantar hingga lorong karena adanya portal penghalang dan sesuai permintaan keluarga korban. Setelah memastikan keluarga tersebut masuk lorong, ambulans pun kembali ke rumah sakit.
Dua jam kemudian, kata Adea, pihaknya mendapat telepon dari rumah sakit asal mengenai informasi jenazah Firli dan orang tuanya yang didampingi pihak kepolisian. Ayah korban pun mengakui bahwa pihak RSUD Bari telah merawat dan mengantar pulang jenazah sesuai prosedur.
“Seluruh prosedur pelayanan, baik medis maupun non-medis, telah kami lakukan sesuai standar. Dari pendampingan hingga pengantaran jenazah. Kami tetap terbuka apabila ada pihak yang ingin berkoordinasi untuk meluruskan informasi agar tidak ada salah paham,” tegasnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Diberitakan sebelumnya, Joko (40) dan Novi Yanti (29), pasutri tunawisma di Palembang menggendong jasad bayinya karena tidak punya uang untuk pemakaman. Mereka kebingungan saat hendak memakamkan bayi mereka yang sempat menjalani perawatan 20 hari di Rumah Sakit Bari Palembang.
Dari informasi yang dihimpun infoSumbagsel, jenazah bayi tersebut sempat dirawat di RS Bari Palembang. Bayi tersebut meninggal karena sesak napas yang dialaminya.
“Dari semenjak lahir dirawat di sana (RS Bari Palembang) sudah 20 hari. Nama bayinya Firli Saputri,” kata Joni, kepada wartawan.
Kemudian pihak rumah sakit menyediakan ambulans, dan Joko meminta diantarkan ke rumah mertuanya di kawasan 10 Ilir. Namun karena lokasi rumah mertuanya tersebut berada di gang sempit, ia minta diturunkan di sekitar bundaran air mancur (BAM) Masjid Agung Palembang.
“Namun saat sampai di rumah mertua, kami dimaki-maki, dibilang bawa mayatlah, apalah. Di situ hati saya bingung,” ujarnya.
Karena merasa tidak diterima, akhirnya Joko dan Istrinya kembali ke berjalan kaki menuju ke Masjid Agung SMB Jayo Wikramo. Di sana, ia bertemu dengan seorang anggota polisi dan dibawa ke SPKT Polda Sumsel. Pihak kepolisian akhirnya membantu proses pemakaman jenazah bayi tersebut.