Sejarah Alun-alun Merdeka Lubuklinggau yang Kini Jadi Objek Wisata Ikonik

Posted on

Salah satu objek wisata ikonik yang ada di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan yakni Alun-alun Merdeka. Selain menjadi jantung ruang terbuka Kota Lubuklinggau, alun-alun ini juga memiliki sejarah yang menarik. Salah satunya menjadi tempat pengibaran bendera merah putih pertama kali di Lubuklinggau.

Alun-alun Merdeka yang memiliki luas sekitar satu hektare tersebut berada di sebelah Masjid Agung As-Salam Lubuklinggau di Jalan Garuda, Kelurahan Pasar Pemiri, Kecamatan Lubuklinggau Barat II, Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Alun-alun Merdeka sendiri sudah menjadi tempat rekreasi bagi para warga Kota Lubuklinggau. Di sini warga bisa bersantai sembari menikmati fasilitas yang ada serta membeli makanan yang ada di kios sekitar alun-alun.

Sebelumnya alun-alun ini dikenal oleh masyarakat dengan nama Taman Kurma pada tahun 2013 saat zaman mantan Wali Kota Lubuklinggau Prana Putra Sohe. Hal ini dikarenakan saat itu alun-alun tersebut memiliki banyak tanaman kurma.

Kepala Disperkim Lubuklinggau Febrio Fadilah mengatakan meskipun saat ini alun-alun tersebut sudah memiliki papan dengan tulisan ‘Alun-alun Merdeka’, namun alun-alun tersebut masih bernama Taman Kurma.

“Namanya masih Taman Kurma, tapi masyarakat Lubuklinggau saja yang nyebutnya Alun-alun Merdeka sehingga terkenalnya sekarang ini Alun-alun Merdeka,” katanya.

Febrio mengungkapkan nantinya Alun-alun Merdeka akan direnovasi kembali pada akhir tahun 2025.

“Ada dua tahap renovasi ini, tahap pertama sudah tahun 2024 kemarin dan tahap dua ini akan mulai secepatnya karena saat ini nunggu untuk dilelang. Sudah diusulkan me provinsi dan SK-nya sekarang sudah turun,” ungkapnya.

“Renovasi tahap kedua nanti yang akan direnovasi itu sisa spot yang belum seperti sayap di bagian utara dan selatan, penambahan lapak taman, sama kolam air mancur,” sambungnya.

Febrio mengatakan nantinya Alun-alun Merdeka Lubuklinggau akan menjadi pusat kegiatan acara di Kota Lubuklinggau serta tempat nongkrong bagi segala kalangan masyarakat.

“Jadi ini akan menjadi ruang terbuka publik untuk masyarakat Lubuklinggau. Untuk pemerintah nanti sebagai pemusatan jantung ruang terbukanya Lubuklinggau atau sebagai pusat kegiatan. Alun-alun ini juga akan menjadi ruangnya masyarakat Lubuklinggau untuk bersantai dan berekreasi,” ujarnya.

Sementara itu, Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan dalam perkembangannya, Alun-alun Merdeka dikenal pertama kali dengan nama City Square.

Kata dia, awalnya City Square berdiri tahun 1934 kemudian menjadi pusat kegiatan latihan militer Jepang tahun 1942 untuk pemuda-pemuda dari Lubuklinggau, dan akhirnya menjadi Taman Merdeka tahun 1945.

“Berdasarkan catatan sejarah, lapangan merdeka ini dulunya bernama City Square (alun-alun kota) pada saat Lubuklinggau menjadi ibukota pemerintahan Onder Afdeeling Moesi Oeloe dari tahun 1934 – 1942 oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Berlanjut pada tahun 1942, Belanda menyerah kalah atas perang terhadap Jepang dan tempat tersebut menjadi pusat kegiatan latihan militer,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Senin (13/10/2025).

“Penamaan Lapangan Merdeka pertama kali muncul pada saat proklamasi kemerdekaan di wilayah Kabupaten Musi Ulu Rawas yang berkedudukan di Lubuklinggau. Ketika berita proklamasi kemerdekaan RI diterima di Lubuklinggau tanggal 19 Agustus 1945, maka pada saat itu juga bendera merah putih berkibar pertama kali di lapangan ini sehingga dinamakan sebagai Lapangan Merdeka,” lanjutnya.

Saat itu, kata Berlian, Lapangan Merdeka menjadi tempat pertama kali pengibaran bendera merah putih di Kota Lubuklinggau.

“Setelah mendapatkan informasi mengenai kemerdekaan Indonesia pada 19 Agustus 1945, Wakil Bupati Jepang yaitu Raden Ahmad Abusamah bersama para rakyat dan pemuda pejuang mendesak kepada pemerintahan Jepang menyerahkan kekuasaan kepada bangsa Indonesia,” ungkapnya.

“Pengambilalihan kekuasaan ini berhasil dilakukan oleh atas nama pemerintahan RI untuk wilayah Bunshu Musikami Rawas, kemudian berubah namanya menjadi Kabupaten Musi Ulu Rawas. Kemudian atas nama pemerintahan Kabupaten Musi Ulu Rawas, bendera Merah Putih dikibarkan di City Square untuk pertama kalinya sehingga tempat tersebut dikenal oleh masyarakat Lubuklinggau sebagai Lapangan Merdeka,” sambungnya.

Setelah itu, kata dia, Lapangan Merdeka menjadi tempat penerimaan kedaulatan agresi militer Belanda II yang dilaksanakan pada 30 desember 1949.

“Setelah melalui berbagai peristiwa di masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan dari tahun 1945 – 1949, maka para pejuang-pejuang yang pernah tergabung dalam kesatuan militer SUBKOSS (Sub Komandemen Sumatera Selatan) melaksanakan kegiatan reuni dan napak tilas perjuangan daerah Sumatera Selatan di Lubuklinggau dari tanggal 14-15 Januari 1988,” ujarnya.

Dari berbagai peristiwa bersejarah tersebut, ujar Berlian, Lapangan Merdeka pun menjadi lokasi peristiwa lintas zaman dimulai dari masa kolonial, masa revolusi fisik dan masa orde baru.

“Namun saat ini tempat tersebut telah berubah orisinalitas sejarahnya. Hal ini disebabkan telah dikembangkan menjadi daerah komersial sehingga terjadi berbagai perubahan sehingga Lapangan Merdeka sekarang yang dikenal sebagai Alun-alun Merdeka,” tuturnya.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Sementara itu, Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan dalam perkembangannya, Alun-alun Merdeka dikenal pertama kali dengan nama City Square.

Kata dia, awalnya City Square berdiri tahun 1934 kemudian menjadi pusat kegiatan latihan militer Jepang tahun 1942 untuk pemuda-pemuda dari Lubuklinggau, dan akhirnya menjadi Taman Merdeka tahun 1945.

“Berdasarkan catatan sejarah, lapangan merdeka ini dulunya bernama City Square (alun-alun kota) pada saat Lubuklinggau menjadi ibukota pemerintahan Onder Afdeeling Moesi Oeloe dari tahun 1934 – 1942 oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Berlanjut pada tahun 1942, Belanda menyerah kalah atas perang terhadap Jepang dan tempat tersebut menjadi pusat kegiatan latihan militer,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Senin (13/10/2025).

“Penamaan Lapangan Merdeka pertama kali muncul pada saat proklamasi kemerdekaan di wilayah Kabupaten Musi Ulu Rawas yang berkedudukan di Lubuklinggau. Ketika berita proklamasi kemerdekaan RI diterima di Lubuklinggau tanggal 19 Agustus 1945, maka pada saat itu juga bendera merah putih berkibar pertama kali di lapangan ini sehingga dinamakan sebagai Lapangan Merdeka,” lanjutnya.

Saat itu, kata Berlian, Lapangan Merdeka menjadi tempat pertama kali pengibaran bendera merah putih di Kota Lubuklinggau.

“Setelah mendapatkan informasi mengenai kemerdekaan Indonesia pada 19 Agustus 1945, Wakil Bupati Jepang yaitu Raden Ahmad Abusamah bersama para rakyat dan pemuda pejuang mendesak kepada pemerintahan Jepang menyerahkan kekuasaan kepada bangsa Indonesia,” ungkapnya.

“Pengambilalihan kekuasaan ini berhasil dilakukan oleh atas nama pemerintahan RI untuk wilayah Bunshu Musikami Rawas, kemudian berubah namanya menjadi Kabupaten Musi Ulu Rawas. Kemudian atas nama pemerintahan Kabupaten Musi Ulu Rawas, bendera Merah Putih dikibarkan di City Square untuk pertama kalinya sehingga tempat tersebut dikenal oleh masyarakat Lubuklinggau sebagai Lapangan Merdeka,” sambungnya.

Setelah itu, kata dia, Lapangan Merdeka menjadi tempat penerimaan kedaulatan agresi militer Belanda II yang dilaksanakan pada 30 desember 1949.

“Setelah melalui berbagai peristiwa di masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan dari tahun 1945 – 1949, maka para pejuang-pejuang yang pernah tergabung dalam kesatuan militer SUBKOSS (Sub Komandemen Sumatera Selatan) melaksanakan kegiatan reuni dan napak tilas perjuangan daerah Sumatera Selatan di Lubuklinggau dari tanggal 14-15 Januari 1988,” ujarnya.

Dari berbagai peristiwa bersejarah tersebut, ujar Berlian, Lapangan Merdeka pun menjadi lokasi peristiwa lintas zaman dimulai dari masa kolonial, masa revolusi fisik dan masa orde baru.

“Namun saat ini tempat tersebut telah berubah orisinalitas sejarahnya. Hal ini disebabkan telah dikembangkan menjadi daerah komersial sehingga terjadi berbagai perubahan sehingga Lapangan Merdeka sekarang yang dikenal sebagai Alun-alun Merdeka,” tuturnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *