BI Sumsel Waspadai Potensi Lonjakan Inflasi di Akhir Tahun

Posted on

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Selatan (Sumsel) meminta untuk mewaspadai potensi lonjakan inflasi pada triwulan III dan IV tahun 2025. Hal ini menyusul tren musiman adanya lonjakan sejumlah komoditas yang berpotensi mendorong inflasi di akhir tahun.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Bambang Pramono mengatakan hingga Juni 2025, inflasi Sumsel tercatat sebesar 2,44% secara tahunan (year on year). Angka ini masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 2,5%.

“Inflasi kita masih terjaga. Namun tetap perlu diwaspadai, terutama pada komoditas volatile food dan administered price,” ujarnya usai High Level Meeting TPID Sumsel,Rabu (9/7/2025).

Meski begitu, Bambang menyebut langkah antisipatif tetap perlu dilakukan, terutama terhadap kelompok volatile food (pangan bergejolak) dan administered price (harga yang diatur pemerintah), yang dinilai berpotensi menjadi pendorong inflasi.

“Salah satu yang kami catat adalah potensi kenaikan ongkos angkut dan harga gas LPG. Ini harus diwaspadai agar dampaknya tidak mendorong inflasi keluar dari rentang sasaran,” jelasnya.

Bambang menerangkan pada momen-momen musiman seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan libur sekolah sering menyebabkan peningkatan permintaan yang dapat memicu kenaikan harga.

“Maka dari itu, pengawasan dan koordinasi lintas sektor sangat penting dilakukan agar dapat menekan laju inflasi,”katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Setda Sumsel, Henky Putrawan turut menyoroti sejumlah potensi tekanan inflasi yang perlu diantisipasi oleh pemerintah kabupaten/kota, terutama menjelang tahun ajaran baru dan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) pada Desember mendatang.

Henky menyebut ada kelompok pangan atau komoditas yang perlu diawasi secara ketat antara lain beras, bawang merah, dan cabai. Ketiga komoditas ini rentan terhadap fluktuasi harga akibat pengaruh cuaca.

“Faktor cuaca, terutama musim hujan yang diperkirakan datang lebih awal, bisa mengganggu produksi dan distribusi beberapa komoditas. Ini perlu jadi perhatian serius,” ujarnya.

Henky pun mengimbau setiap daerah di Sumsel untuk aktif melakukan pengendalian inflasi melalui empat pilar utama yakni menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, serta dukungan kebijakan.

“Setiap daerah harus bisa mencari akar persoalan dan solusi dari penyebab naiknya harga komoditas. Karena secara logika, Sumsel ini sentra produksi, tapi kadang harga masih naik,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *