Pada 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Di Indonesia, pahlawan yang membantu mengusir penjajah sangat banyak. Ada beberapa pahlawan dari Lampung yang juga ikut membela negara. Berikur daftarnya?
Pada masa kolonial Belanda, Lampung masih berstatus keresidenan di bawah Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi ini membuat masyarakat Lampung kesulitan mengurus berbagai urusan administrasi dan pemerintahan karena seluruh keputusan harus melalui Palembang.
Situasi itu mendorong lahirnya tokoh-tokoh perjuangan yang tidak hanya melawan penjajah, tetapi juga memperjuangkan hak Lampung sebagai daerah otonom.
Dilansir melalui Buku Pintar Mengenal Pahlawan Indonesia dan berbagai sumber lainnya, berikut daftar pahlawan nasional dan daerah asal Lampung yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa.
Raden Inten II merupakan pahlawan nasional asal Lampung Selatan. Ia lahir pada tahun 1834 di Desa Kuripan. Meski masih muda, Radin Inten II dikenal gigih melawan penjajah Belanda melalui perlawanan fisik maupun strategi perjuangan rakyat.
Dilansir dari Buku Pintar Mengenai Pahlawan Indonesia oleh Suryadi Pratama, Radin Inten II merupakan anak dari Raden Imba II. Di masa kecilnya ia diberikan Pendidikan yang keras dan kedisiplinan.
Selain itu, Raden Inten juga diberikan pendidikan ilmu agama Islam agar memiliki kepribadian yang rendah hati ketika ia memiliki fisik yang kuat.
Di usianya 16 tahun, ia dilantik menjadi ratu. Radin Inten II langsung dihadapkan peperangan melawan Belanda. Belanda memiliki keinginan untuk menguasai Lampung dikarenakan strategis dan dekat dengan Banten. Hingga tahun 1856, Belanda terus menerus melakukan serangan dengan membawa 9 kapal perang, 3 kapal pengangkut alat perang untuk melakukan serangan besar-besaran.
Atas jasanya, Pemerintah Indonesia menetapkan Radin Inten II sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Nomor 082 pada 23 Oktober 1986. Namanya kini diabadikan menjadi nama universitas Islam dan bandara di Lampung sebagai bentuk penghormatan dan kebanggaan masyarakat.
Pangeran Dalom Merah Dani adalah Sultan Sekala Brak yang bertahta dari tahun 1869 hingga 1909. Ia merupakan sosok pejuang Lampung yang aktif menentang penjajah Belanda. Ia melakukan diplomasi ke berbagai wilayah Nusantara untuk memperkuat perlawanan rakyat.
Atas perjuangan dan kontribusinya dalam mempertahankan agama Islam serta melawan penjajah, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Gele Harun Nasution merupakan pahlawan nasional berdarah Batak namun lahir dan berjuang di Lampung. Ia aktif melawan penjajahan Belanda dan berperan dalam mengorganisir rakyat untuk memperkuat perlawanan kemerdekaan.
Kontribusinya tidak hanya dalam aksi militer, tetapi juga dalam koordinasi strategi perjuangan. Atas jasa tersebut, ia diakui sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjasa bagi Kemerdekaan Indonesia.
Dilansir dari jurnal Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung oleh Tri Nuranika Sari, semasa kecilnya hingga dewasa, Harun bersekolah di sekolah Belanda. Pada usianya ke 20 ia melanjutkan ke sekolah tinggi hakim di Belanda dan lulus pada tahun 1937 dan Kembali ke Indonesia.
Kemudian pada tahun 1939, di Lampung ia mendirikan advokat di Teluk Betung. Pada tahun 1945, Harun dan keluarganya pindah ke Palembang dan bergabung dalam organisasi Angkatan Pemuda Indonesia (API) di Palembang sebagai ketua. Harun juga bergabung di Mahkamah Militer Palembang dengan pangkat Letnan Kolonel Titular.
Pada 1947 ia harus kembali ke Lampung dikarenakan pergerakan Belanda di Palembang. Setelah sampai di Lampung, Harun kembali aktif di dalam API. Kemudian pada tahun 1948, Harun diangkat sebagai kepala pemerintahan darurat di Lampung. Hingga pada tahun 1949 Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian gencatan senjata dan memasuki masa damai.
KH Ahmad Hanafiah adalah ulama dan pejuang asal Kecamatan Sukadana, Lampung. Ia lahir pada 1905 dan merupakan putra pemimpin Pondok Pesantren Istishodiyah, pesantren pertama di Karesidenan Lampung.
Selain melawan penjajahan Belanda, KH Ahmad Hanafiah aktif menyebarkan dakwah Islam, membangun pendidikan, dan menggerakkan masyarakat untuk mempertahankan agama.
Dilansir dari Dinas Sosial Provinsi Lampung, sejak usia lima tahun, Ahmad Hanifah berhasil menamatkan Al-Qur’an di bawah bimbingan ayahnya.
Kemudian pada tahun 1930, KH Ahmad Hanafiah melanjutkan pendidikannya menuju Makkah sekaligus mengajar pengetahuan agama Islam di Masjidil Haram.
Selama di Masjidil Haram, Ahmad Hanafiah menjadi Ketua Himpunan Pelajar Islam Lampung di Makkah Arab Saudi. Pada tahun 1936 dan 1937 Ahmad Hanifah menerbitkan karya pertamanya Sirr al-Dahr dan karya kedua Al-Hujjah.
Pada Lampung tahun 1936, Ahmad Hanifah kembali ke Lampung dan menjadi pemimpin di Sarekat Islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan Masyumi.
Pada tahun 1945, Ahmad Hanifah bersama 3 organisasi menyerukan jihad untuk mempertahankan Indonesia. Pada tahun 1947 pada agresi pertama oleh belanda. Hanafiah memimpin pasukan Laskar Hisbullah menuju Palembang untuk mempertahankan Indonesia.
Dia ditangkap dan dimasukkan ke dalam karung oleh Belanda, kemudian ditenggelamkan ke sungai, sehingga jasadnya tidak ditemukan dan tidak mempunyai makam.
Lalu pada tahun 2023, Presiden Joko Widodo resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Alamsjah Ratoe Perwiranegara dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan tokoh penting setelah Indonesia merdeka. Ia turut berjuang melawan penjajahan Belanda, lalu mengabdikan diri dalam pemerintahan.
Alamsjah pernah menjabat sebagai Menteri Agama dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kesra), menunjukkan kiprahnya tidak hanya dalam perlawanan fisik, tetapi juga dalam pembangunan bangsa.
Raden Mohammad Mangundiprojo dikenal sebagai pahlawan nasional asal Lampung. Ia memainkan peran penting dalam perlawanan terhadap Belanda dan strategi perjuangan rakyat.
Selain keberaniannya, ia dikenal mampu mempersatukan masyarakat untuk melawan penjajah dan menjaga semangat kemerdekaan
Ia berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan berhasil membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) devisi Jawa Timur, yang berguna untuk memperkuat keamanan masyarakat Surabaya.
Pada tahun 1955, ia menjadi residen Lampung menggantikan Gele harun. Selama pemerintahannya, ia berperan penting menangani masalah beras di Lampung dan mengatasi transmigran usai perang kemerdekaan.
Itulah rangkuman mengenai pahlawan nasional dan daerah yang berasal dari lampung.
Artikel ini ditulis oleh Aldekum Fatih Rajih, peserta magang Prima PTKI Kementerian Agama RI.







