Video memperlihatkan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 133 Palembang, bernama Azka diduga dibully kakak kelasnya viral di media sosial. Akibat kejadian itu, ibu korban yakni Juwita mengungkapkan anaknya trauma dan tidak mau ke sekolah lagi.
Menaggapi itu, Wali Kelas 5B korban, Hilwa
menjelaskan bahwa Azka merupakan murid pindahan dari sekip pada pertengahan semester satu, saat dia duduk dibangku kelas 4.
“Saya luruskan di sini bahwa dia merupakan siswa baru di sekolah ini. Di mana anak tersebut baru pindah di pertengahan semester 1 kelas 4 SD tahun lalu. Jadi jika ibunya mengatakan dia dibully selama setahun itu tidak benar,” katanya ditemui infoSumbagsel, Senin (17/11/2025).
Kemudian, lanjut Hilwa, perselisihan antara Azka dan kakak kelasnya yakni berinsial HB dan AP terjadi pada semester dua saat ujian berlangsung. Pada saat itu Azka masih duduk dibangku kelas 4 dan kakak kelasnya duduk dibangku kelas 5.
Saat ujian berlangsung, Azka duduk satu bangku dengan anak berisial HB. Ketika itu Azka menyobek kertas ujian HB sehingga membuat HB marah ditambah tindakan Azka dibela guru sehingga membuat HB kesal dan mengejek Azka dengan sebutan kanker botak secara spontan.
Mendengar ucapan HB, murid lain yang merupakan teman satu kelas HB yakni AP serta empat orang lainnya ikut mengejek Azka dengan sebutan kanker botak.
Harusnya, kata dia, HB yang marah karena dia yang dirugikan karena kertas ujiannya sudah dirobek oleh Azka tapi justru dia yang ditegur guru.
“Hanya perkataan ejekan saja itu pun jika bertemu saat masuk gerbang sekolah atau di kantin. Untuk fisik tidak ada sama. Menurut kami itu biasa namanya anak-anak bermain dan bukan motif perundungan,” ujarnya.
Menurut Hilwa, masalah ini sudah selesai pada tahun lalu karena tidak ada laporan dari Azka. Kata dia, Azka juga seperti murid lainnya sekolah dan bermain seperti pada umumnya.
Hilwa mengatakan Azka ini anaknya aktif, jika diganggu dia akan melapor ke guru baik itu guru wali kelas maupun guru mengajar lainnya. Karena merasa tidak ada laporan dari Azka, guru menilai tidak ada kendala apapun lagi.
Namun, ternyata pada Jumat (7/11/2025), Juwita ibu Azka datang ke sekolah ingin menghadap kepala sekolah dan menceritakan bahwa Azka dibully verbal oleh kakak kelasnya dan tidak ingin pergi ke sekolah karena takut dan trauma.
Mendengar hal tersebut, wali kelas 6 bernama Ana lantas memanggil HB dan AP ke ruang guru dan menanyakan perihal kejadian tersebut. Keduanya mengaku memang mengejek Azka dan menyampaikan permohonan maaf kepada Azka dan ibunya serta sudah berdamai.
“Di tengah perdamaian itu ibu Azka mengatakan jika diulang lagi maka orang tuanya akan dipanggil,” ujarnya.
Namun Azka masih tidak masuk sekolah pada Sabtu (8/11/2035) hingga akhirnya masalah ini viral di media sosial. Ibu Azka menyatakan bahwa Azka dibully oleh satu kelas sehingga sekolah pun memanggil dan mengumpulkan kelas 6A hingga 6C.
Setelah dikumpulkan, kata Ana, yang mengejek Azka ada tujuh orang dan mereka semua sudah menyampaikan permohonan maaf dan pernyataan tidak akan mengulangi lagi.
Bahkan untuk orang tua HB dan AP juga datang ke sekolah mereka membuat pernyataan permohonan maaf yang dibubuhi tanda tangan di atas materai Rp 10.000.
Selain menyampaikan permohonan maaf orang tua HB memberikan sejumlah uang kepada ibu Azka. Di sana ibu Azka menerima permohonan maaf tersebut.
Berbeda dengan ibu AP yang permintaannya ditolak. Padahal ibu AP menjamin jika anaknya tidak akan mengganggu Azka lagi. Namun permintaan maafnya ditolak.
“Ibunya Azka saat itu menolak permintaan maaf ibu AP,” kata Ana.
Ibu Azka menolak permintaan AP karena permintaan anaknya yang tidak ingin dibully lagi. Saat itu, guru-guru menyanggupi permintaan Juwita dan menjamin jika anaknya sekolah dan masih berada di lingkungan sekolah tidak akan dibully lagi.
Setelah itu, orang tua AP bersilahturahmi ke rumah Azka dan menyampaikan permohonan maaf sambil membawa buah tangan dan saat pulang tak lupa memberikan sejumlah uang sebesar Rp 400 ribu kepada Juwita.
Pihak sekolah mengaku kecewa dan menyayangkan dengan sikap Juwita yang memviralkan masalah ini. Padahal saat mediasi berlangsung, sekolah telah meminta Juwita untuk mengutarakan keinginannya secara terbuka. Namun saat itu Juwita menjawab bahwa dirinya hanya menginginkan apa yang diinginkan Azka.
Sementara Azka menyatakan bahwa ia ingin tetap sekolah dan tidak dibully lagi dan sekolah sudah memberikan jaminan bahwa tidak akan ada lagi tindakan pembulian terhadap Azka maupun siswa lainnya.
Sekolah menduga persoalan telah selesai sebab Senin (10/11/2025) Azka tetap sekolah seperti biasa bahkan menjadi petugas upacara yang membacakan teks pancasila.
Petugas upacara itu sendiri bukan ditunjuk guru tapi inisiatif siswa itu sendiri.
“Saat itu tidak ada tanda Azka trauma sebab dia ceria dan menjalankan tugas sebagai petugas upacara pembaca pancasila dengan lantang dan tanpa kendala, jauh dari pernyataan orang tua Azka yang katanya Azka trauma satang ke sekolah,” tuturnya.
Setelah itu, Azka tidak masuk sekolah lagi. Pihak sekolah pun datang ke rumahnya untuk menemui Azka dan orang tuanya, agar Azka bisa sekolah lagi karena sebentar lagi ujian semester.
“Waktu datang pertama kali kami sudah membujuk dan menjelaskan. Namun ternyata masih tidak datang ke sekolah dan yang kedua pada tanggal 11 November 2025 Hilwa dan Ana kembali datang lagi ke rumah Azka untuk membujuk Azka kembali sekolah dan alasan ibunya Azka masih trauma dan takut,” ujarnya.
Dalam kasus ini, kata Ana, pihak dinsos pun turun untuk memastikan Azka benar dibully atau tidak.
“Dinas sosial langsung turun mengecek ke rumah Azka untuk memastikan apakah benar jadi korban bully atau tidak,” kata Ana.
Namun hingga kini Dinas sosial batal datang ke sekolah untuk konfirmasi ulang mengenai kasus Azka ini sehingga sekolah juga menunggu saja kelanjutan kasusnya.
“Tadi kami sudah telepon lagi ibunya namun tidak diangkat. Nanti kami akan datang lagi dan kalau bisa Azka mengikuti bimbingan psikolog nanti di sediakan agar Azka bisa sekolah lagi karena sudah mau semesteran,” harap Ana dan Hilwa.







