KM Barcelona V Terbakar di Perairan Talise, Korban Meninggal 3 Orang

Posted on

KM Barcelona V terbakar hebat di perairan Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut). Basarnas Manado melaporkan ada 580 orang korban dari kebakaran kapal tersebut, 3 di antaranya meninggal dunia dan 2 penumpang masih dalam pencarian.

Dilansir infoSulsel, jumlah korban ternyata dua kali lebih besar dari yang terdata di manifes sebanyak 280 penumpang. KM Barcelona ini terbakar di perairan Desa Talise, Kecamatan Likupang Barat, Minggu (20/7/2025) sekitar pukul 14.00 Wita. Polda Sulut yang mengusut kasus kebakaran ini menetapkan nakhoda kapal berinisial IB sebagai tersangka imbas perbedaan data korban dengan manifes.

Kasi Ops Basarnas Sulut Bagus Ngurah mengatakan, tiga korban meninggal telah teridentifikasi dan jasadnya sudah dievakuasi. Mereka adalah Asna Lapea, Zakaria Tindigulangi dan Juliana Gumolung.

“Korban jiwa sementara yang pasti ada tiga orang, yang dua lagi kami masih melakukan pendataan dan mencari identitasnya,” tutur Bagus.

Polda Sulut yang mengusut kasus kebakaran KM Barcelona V menetapkan satu orang tersangka berinisial IB selaku nakhoda. Pelaku ditetapkan tersangka usai diduga melanggar Undang-Undang terkait pelayaran.

“Berdasarkan hasil gelar perkara yang dilakukan oleh penyidik Ditpolairud Polda Sulut, telah ditetapkan 1 orang sebagai tersangka dengan inisial IB,” kata Kabid Humas Polda Sulut Kombes Alamsyah P Hasibuan kepada infocom, Senin (21/7).

Alamsyah menjelaskan, nakhoda ditetapkan tersangka imbas temuan perbedaan data jumlah korban dengan manifes. Tersangka juga diduga lalai karena tidak bertanggung jawab menerapkan standar keselamatan berlayar.

“(Tersangka melanggar) terkait Undang-Undang Pelayaran. Yang pertama dugaan tidak sesuai dengan manifes. Kedua, tidak menerapkan SOP atau prosedur darurat kebakaran di kapal,” ungkapnya.

Dia mengatakan, pihaknya masih melakukan penyidikan lebih lanjut terkait kasus ini. Sejumlah ABK juga masih menjalani pemeriksaan intensif.

“Belum terkonfirmasi jumlahnya berapa (yang diperiksa). Berdasarkan hasil gelar perkara dari penyidik menetapkan satu orang sebagai tersangka. Nanti berkembang,” jelas Alamsyah.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi akan menyelidiki dugaan KM Barcelona melebihi kapasitas. Hal ini setelah jumlah korban kebakaran ternyata melebihi dari data manifes.

“Kita perlu verifikasi, penjelasan dari penumpang kan ada yang dia tukaran. Jadi kita harus memastikan,” kata Dudy usai menjenguk korban kebakaran KM Barcelona di Pelabuhan Manado, Senin (21/7).

Dudy memberikan kesempatan kepada kepolisian melakukan penyelidikan, sedangkan Basarnas fokus mengevakuasi korban. Sementara pihaknya akan mengevaluasi penerapan prinsip keselamatan berlayar.

“Ini bagian dari evaluasi kami pada setiap kejadian, apa yang kami perbaiki akan kami perbaiki. Kalau ada kelalaian ataupun ada tindak pidana kami serahkan ke aparat penegak hukum,” jelasnya.

Di sisi lain, PT Surya Pacific Indonesia selaku pemilik atau pengelola KM Barcelona menanggapi polemik perbedaan data korban dengan manifes. Berdasarkan manifes, jumlah penumpang KM Barcelona sebanyak 280 orang.

Perwakilan Divisi Humas PT Surya Pacific Indonesia, Ridwan Faluga mengatakan, jumlah itu sudah termasuk 15 anak buah kapal (ABK) dan nakhoda. Dia menyebut data manifes 280 penumpang berasal dari 3 pelabuhan.

“Yang di manifes 280 orang berasal dari 3 pelabuhan, (terdiri dari pelabuhan) Beo, Melonguane dan Lirung. Jadi sampai saat ini kami hanya menginfo sesuai data kami,” ucap Ridwan kepada wartawan di kantornya di Manado, Senin (21/7).

Ridwan menduga ada penumpang yang tidak memiliki tiket justru diam-diam naik ke kapal. Hal inilah yang diduga turut memicu adanya perbedaan data dari manifes dengan jumlah korban kebakaran KM Barcelona.

“Ketika naik dan tidak membeli tiket namun mereka tetap ditagih dalam pemeriksaan tiket di perjalanan. Biasanya alasan uang pas-pasan. Kalau tidak ada tiket tetap dikenakan biaya, mereka tidak mungkin diturunkan di laut. Mereka itu yang tidak terdata,” ungkapnya.

Dia mengklaim setiap kapal berlayar sudah mendapat izin pemeriksaan dari KSOP. Namun dia mengaku pihak perusahaan tentu mengalami kerugian jumlah korban melebihi manifes. Apalagi kapasitas KM Barcelona hanya 450 orang.

“(Kapasitas KM Barcelona) 450 orang itu sudah hitungan dengan kru. Kalau seandainya 500 lebih, berarti ada kerugian di pihak perusahaan,” papar Ridwan.

Pihaknya juga turut menyoroti kinerja ABK dalam menerapkan standar keselamatan berlayar. Hal ini setelah muncul sorotan liferaft atau rakit penyelamat tidak dibuka saat kebakaran.

“Jadi untuk liferaft itu ada di atas kapal, bukan tidak ada, terus kenapa tidak digunakan. Kami sendiri mempertanyakan itu kepada ABK, kenapa itu tidak dibuka,” terangnya.

Ridwan mengaku belum mengetahui kronologi dan penyebab kapal terbakar. Pihaknya mendukung aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan bahkan mendorong agar seluruh kru kapal diperiksa.

“Kami dari pihak perusahaan PT Surya Pacific sendiri menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polda Sulawesi Utara untuk melakukan langkah-langkah hukum,” ujar Ridwan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *