Ratusan perempuan hadir dengan balutan kebaya beraneka warna dan motif, di halaman Kantor Gubernur Sumatera Selatan pada, Minggu (20/7). Kebaya ini digunakan dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional.
Diketahui dari Kota Palembang, sebanyak 25 peserta turut ambil bagian mengikuti parade Kebaya. Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Palembang, Ida Rodhiyani, menyambut kegiatan ini dengan antusias. Menurutnya, parade ini bukan sekadar peragaan busana, tapi juga ajang pengingat pentingnya menjaga identitas budaya.
“Kebaya adalah simbol keanggunan perempuan Indonesia. Semoga kegiatan seperti ini bisa memicu semangat generasi muda untuk mencintai warisan budaya bangsa,” katanya kepada wartawan, Minggu (20/7/2025).
Kata Ida, pelestarian budaya ini pun mendapat dukungan dari pemerintah. Pelestarian kebaya juga harus dilakukan oleh semua masyarakat Indonesia.
“Penetapan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya berakar dari peristiwa Kongres Perempuan Indonesia ke-10 pada tahun 1964, di mana seluruh peserta mengenakan kebaya dan dihadiri langsung oleh Presiden Soekarno. Tak hanya itu, kebaya juga kini telah mendapat pengakuan dunia. Pada 4 Desember 2024, UNESCO menetapkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” ungkapnya.
“Ini bukan sekadar kebanggaan, tapi tanggung jawab. Kita semua punya peran menjaga kebaya tetap hidup, dikenal, dan dicintai,” sambungnya.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Panji Cahyanto mengatakan hari kebaya nasional ini bukan sekadar parade, kegiatan ini menjadi gambaran nyata betapa kayanya kebudayaan Indonesia. Dari kebaya klasik hingga modern, dari songket Palembang hingga bordiran Jawa, semua tampil memesona.
“Parade kebaya ini pun menjadi ruang ekspresi perempuan bukan hanya untuk tampil cantik, tapi juga menyuarakan cinta akan warisan nenek moyang. Di tengah arus zaman yang terus berubah, kebaya tetap berdiri anggun, membawa pesan: budaya bukan untuk ditinggalkan, tapi untuk dirayakan,” katanya.