LuBer Dulu Tempat Pemandian Umum Kini Jadi Wisata Alam, Ada Tradisi Ambil Ikan

Posted on

Masyarakat Muaro Bungo, Jambi, sudah tidak asing dengan nama Wisata LuBer atau yang kerap dengan Wisata Lubuk Beringin. Sebelum menjadi tempat wisata, di lokasi ini hanya menjadi tempat pemandian umum.

Setelah menjadi tempat wisata, lokasi ini pun bisa menjadi pilihan bagi sebagian orang sambil merefleksi diri karena suasana alam yang asri dan sejuk.

Bukan itu saja, di lokasi wisata ini juga terdapat tradisi adat atau acara-acara besar yang dihadiri kepala daerah seperti bupati.

Wisata Lubuk Beringin berada di salah satu daerah Jambi bagian Barat yaitu Kabupaten Bungo. Dari Kota Jambi, untuk menuju wisata ini bisa memakan waktu tempuh 8 hingga 9 jam perjalanan lewat darat.

Sedangkan melalui jalur udara, dari Bandar Sultan Thaha menuju Bandara Udara Muaro Bungo dengan waktu tempuh 15 menit, sementara menuju ke lokasi wisata itu sekitar 1,5 jam perjalanan saja.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda dan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Bungo Jambi, Henywati mengatakan nama LuBer diambil karena merupakan nama Desa di daerah Bungo di Kecamatan Bathin III Ulu.

Heny menceritakan bahwa dulunya wisata itu hanya sekedar lokasi tempat pemandian umum saja. Namun, setelah melihat situasi desa itu masih sangat asri dan sejuk di sekitaran bukit sehingga pihak desa mulai mengambil langkah untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi objek wisata.

“Sekarang ini, kawasan itu sudah sangat ramai pengunjungnya, baik dari wisatawan luar maupun lokal Jambi,” kata Heny kepada infoSumbagsel, Senin (22/09/2025).

Kata Heny, wisata alam itu selain memiliki lokasi pemandian dari sungai yang jernih aliran atas bukit juga memiliki sungai yang dipenuhi ikan-ikan Semah yang merupakan ikan air tawar banyak di jumpai di sungai jernih di kawasan Jambi Bagian Barat.

“Ikan Semah itu jumlah sangat banyak di sungai itu. Tapi ikannya tidak bisa diambil dan tidak boleh diambil oleh wisatawan ataupun warga sekitar, kenapa? karena itu sungai yang dipenuhi Ikan Semah dan ikan lainnya itu menjadi ikan yang berada di aliran sungai Lubuk Larangan,” jelasnya.

Kata dia, desa dan warga sekitar juga sudah bersepakat untuk menjaga lingkungan dan alam di lokasi itu termasuk ikan-ikan di aliran sungai tersebut buat tumbuh dan berkembang biak. Ikan-ikan itu bisa diambil dan dinikmati jika adanya tradisi adat atau acara-acara besar yang dihadiri kepala daerah seperti bupati.

“Makanya jika mau menikmati ikan-ikan itu tunggu acara-acara besar, kalau tidak tidak bisa ambil ikan di sungai itu meskipun jumlahnya sangat banyak. Kata orang sungai itu sudah disumpah, jadi makanya Lubuk Larangan,” ujarnya.

Selain dari itu, Heny juga menyebut bahwa di kawasan tersebut juga terdapat beberapa spot-spot alam yang pastinya dapat membuat pikiran tenang, serta sangat cocok merefleksi diri jika sedang dalam kondisi penat.

“Mengapa dinamakan Lubuk karena itu banyak sekali aliran air dari bukit, lalu juga banyak pula pepohonan yang masih asri dan sejuk,” katanya.

Heny juga menyampaikan bahwa luas lahan wisata alam itu mencapai kurang lebih satu hektare. Luasan wisata itu banyak dikelilingi pepohonan dan aliran air sungai.

“Wisata ini kan sekarang masih dikelola oleh pihak Desa ya. Tetapi memanfaatkan tenaga warga sekitar. Makanya ini wisata masih belum begitu banyak diperbarui karena masih dikelola warga dan tentunya desa ya. Bukan masuk wisata alam yang dikelola oleh pemda,” ungkapnya.

Heny mengatakan meski wisata itu masih dikelola pihak desa, pihaknya belum dapat memberikan intervensi penuh di wisata itu. Bahkan, pihaknya pernah mengajukan permohonan ke pusat untuk bantuan ke wisata tersebut.

“Meskipun itu masih bantuannya dalam bentuk hibah ya, karena kan bukan dikelola oleh pemda kan,” ujarnya.

Bantuan yang diberikan pihak pemerintah pusat waktu itu, kata Heny, berupa bantuan gazebo. Gazebo itu untuk dijadikan lokasi istirahat bagi wisatawan untuk menikmati wisata alam yang penuh pepohonan dan dialiri air sungai jernih di atas perbukitan.

Apalagi, sambungnya, daerah itu juga masih banyak kawasan persawahan karena masyarakat sekitar lebih banyak berprofesi petani.

“Selain itu pula, semenjak tahun ke tahun lokasi wisata alam itu terus memiliki peningkatan kualitas. Toilet umum juga sudah ada sehingga wisata yang datang tidak kesulitan jika harus ke toilet. Apalagi disitu sudah mulai lengkap fasilitas lainnya, yang pasti itu masih belum full fasilitas seperti permainan, karena itu tujuannya wisata alam ya,” jelasnya.

Heny mengaku kawasan ini sangat banyak dikunjungi wisatawan saat hari hari libur apalagi jika hari raya Idul Fitri ataupun Tahun baru. Namun, mereka datang bukan untuk mengakses permainan, melainkan menikmati wisata alamnya, karena spotnya masih asri sekali.

Hanya saja, selain wisata itu masih asri berbaur dengan alam yang berdekatan perbukitan. Tetapi akses jalan menuju ke wisata itu sudah tidak bagus lagi.

Saat ini, kata Heny, akses infrastruktur jalan menuju wisata itu sangat tidak mulus. Bahkan, jalan menuju ke lokasi itu sudah banyak yang berlubang.

“Namanya jalan lah ya, sebelumnya sudah pernah diperbaiki tetapi karena itu kawasan yang masih banyak lubuknya, aliran airnya, kemudian di sepanjang jalan minim drainase maka itu jalan cepat sekali rusaknya. Itu saja yang menjadi kendala,” ujarnya.

Heny mengaku pihaknya berupaya mencari langkah agar ke depan wisata alam ini bisa dikelola oleh pemd, sehingga selain bisa semakin berkembang tentunya akan menjadi tambahan pendapatan asli daerah (PAD)

“Ini yang kita upayakan, nanti jika ini bisa terlaksana penyampaian itu dengan berbagai pihak, dan pemda bisa mengelola wisatanya, tujuannya pun bisa jadi tambahan PAD serta pemerintah juga berfikir agar roda perekonomian warga sekitar juga tidak dibiarkan, yang jelas pendapatan warga baik dari usaha dan lainnya bisa membuat ekonomi di sana menggeliat juga,” ujarnya.

Tradisi Adat Ambil Ikan

Heny mengatakan meski wisata itu masih dikelola pihak desa, pihaknya belum dapat memberikan intervensi penuh di wisata itu. Bahkan, pihaknya pernah mengajukan permohonan ke pusat untuk bantuan ke wisata tersebut.

“Meskipun itu masih bantuannya dalam bentuk hibah ya, karena kan bukan dikelola oleh pemda kan,” ujarnya.

Bantuan yang diberikan pihak pemerintah pusat waktu itu, kata Heny, berupa bantuan gazebo. Gazebo itu untuk dijadikan lokasi istirahat bagi wisatawan untuk menikmati wisata alam yang penuh pepohonan dan dialiri air sungai jernih di atas perbukitan.

Apalagi, sambungnya, daerah itu juga masih banyak kawasan persawahan karena masyarakat sekitar lebih banyak berprofesi petani.

“Selain itu pula, semenjak tahun ke tahun lokasi wisata alam itu terus memiliki peningkatan kualitas. Toilet umum juga sudah ada sehingga wisata yang datang tidak kesulitan jika harus ke toilet. Apalagi disitu sudah mulai lengkap fasilitas lainnya, yang pasti itu masih belum full fasilitas seperti permainan, karena itu tujuannya wisata alam ya,” jelasnya.

Heny mengaku kawasan ini sangat banyak dikunjungi wisatawan saat hari hari libur apalagi jika hari raya Idul Fitri ataupun Tahun baru. Namun, mereka datang bukan untuk mengakses permainan, melainkan menikmati wisata alamnya, karena spotnya masih asri sekali.

Hanya saja, selain wisata itu masih asri berbaur dengan alam yang berdekatan perbukitan. Tetapi akses jalan menuju ke wisata itu sudah tidak bagus lagi.

Saat ini, kata Heny, akses infrastruktur jalan menuju wisata itu sangat tidak mulus. Bahkan, jalan menuju ke lokasi itu sudah banyak yang berlubang.

“Namanya jalan lah ya, sebelumnya sudah pernah diperbaiki tetapi karena itu kawasan yang masih banyak lubuknya, aliran airnya, kemudian di sepanjang jalan minim drainase maka itu jalan cepat sekali rusaknya. Itu saja yang menjadi kendala,” ujarnya.

Heny mengaku pihaknya berupaya mencari langkah agar ke depan wisata alam ini bisa dikelola oleh pemd, sehingga selain bisa semakin berkembang tentunya akan menjadi tambahan pendapatan asli daerah (PAD)

“Ini yang kita upayakan, nanti jika ini bisa terlaksana penyampaian itu dengan berbagai pihak, dan pemda bisa mengelola wisatanya, tujuannya pun bisa jadi tambahan PAD serta pemerintah juga berfikir agar roda perekonomian warga sekitar juga tidak dibiarkan, yang jelas pendapatan warga baik dari usaha dan lainnya bisa membuat ekonomi di sana menggeliat juga,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *