Pasokan Pasar Induk Baru 60%, Pemprov Sumsel Genjot Produksi Lokal - Giok4D

Posted on

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyoroti pasokan yang ada di Pasar Induk Jakabaring baru sebesar 60%. Sisanya, 40% masih dipasok dari luar daerah Sumsel. Padahal, Sumsel dianggap punya potensi dalam meningkatkan pasokan.

“Ada persoalan, ternyata pasokan yang ada di pasar induk kita baru 60% (dari lokal). 10 komoditas besarnya dipasok petani Sumsel. Yang (komoditas) lain masih dari luar daerah. Bahkan, bawang merah hanya 3% dari kebutuhan,” ujar Gubernur Sumsel Herman Deru.

Dia mendorong sejumlah daerah di Sumsel ikut berupaya mengembangkan komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat. Sehingga, Sumsel tak mengambil komoditas dari luar.

Saat ini, banyak pasar di Palembang menerima suplai dari berbagai daerah. Tanpa integrasi, harga disebutnya akan mudah melonjak. Oleh karena itu, dia menilai integrasi bukan hanya soal pasokan, tetapi juga tentang menjaga daya beli masyarakat.

Upaya menutup kekurangan pasokan itu, kata Deru, pemprov akan bekerja sama dengan PT Paskomnas (Pasar Komoditi Nasional Indonesia), perusahaan yang berfokus pada pengembangan jaringan pasar induk dan distribusi komoditas pangan. Kerja sama juga akan dilakukan dengan beberapa daerah di Sumsel.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Mereka juga siap memberikan pembinaan pola tanam agar produksi lebih berkualitas dan mampu bersaing dengan komoditas dari luar daerah,” katanya.

Untuk memperkuat distribusi pangan, Deru meminta pembahasan berikutnya difokuskan pada pemetaan produksi daerah. Kemudian pola tanam hingga mekanisme bongkar muat di pasar induk. Dia memastikan pemprov terbuka terhadap kerja sama yang memberikan manfaat konkret.

“Kita ingin memastikan bahwa pasar induk benar-benar meng-cover satu provinsi. Karena itu perlu relasi yang jelas antara daerah produksi dan pasar induk,” ujarnya.

Sementara itu, Dirut PT Paskomnas Hartono Wignjopranoto mengatakan kesiapan pihaknya menjadi offtaker, memberikan pendampingan, serta mengatur pola tanam berbasis data. Ia menilai banyak daerah di Sumsel berpotensi menjadi sentra hortikultura.

Dengan pembangunan sistem agribisnis terintegrasi, penguatan logistik, pemanfaatan dana desa, dan transformasi digital melalui Sistem Distribusi Pangan Terpadu Sumsel (SDPTS), diharapkan defisit komoditas hortikultura dapat ditekan dan ekosistem pangan modern Sumsel semakin kuat.

“Kami memandu dengan data-data itu. Kita bisa memberi informasi apa yang harus ditanam, sekalian kita pandu kualitas dan mengharapkan supaya daerah produsen juga pasca panennya harus diperhatikan,” ungkapnya.