Petani di Pulau Enggano Buang Pisang ke Laut karena Alur Pelabuhan Dangkal

Posted on

Sejumlah petani di Pulau Enggano, Bengkulu Utara, Bengkulu, membuang pisang ke laut. Hal itu karena mereka tidak bisa membawa hasil panennya disebabkan alur Pelabuhan Pulau Baai masih mengalami pendangkalan.

Sejumlah kepala desa pun akan menemui Presiden Prabowo Subainto pada Senin (5/5/2025) untuk meminta solusi yang mereka alami.

Kepala Desa Kaana, Alamudin mengatakan sejak alur pelabuhan Pulau Baai dangkal, kapal tidak bisa keluar atau masuk ke pelabuhan. Kondisi ini, sambungnya, membuat Pulau Enggano terisolasi.

“Para petani pisang kebingungan hasil pisang tak bisa diangkut maka mereka buang ke laut, tepatnya di Pelabuhan Kahyapu, Pulau Enggano,” kata Alamudin, Minggu (4/5/2025).

Kata Alamudin, sejak alur Pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu dangkal, menyebabkan kapal pengangkut penumpang dan hasil bumi menjadi tersendat. Hasil bumi seperti pisang, ikan tak dapat dijual.

“Warga bawa pisang ke Pelabuhan Kahyapu, harapannya menumpang kapal nelayan ternyata kapal nelayan penuh sementara pisang tak bisa ditinggal di pelabuhan karena dianggap mengotori pelabuhan maka petani memutuskan membuang pisang ke laut,” jelasnya.

Alamudin mengungkapkan sejumlah organisasi kepala desa dijadwalkan Senin (5/5/2025) akan menemui Presiden Prabowo Subianto guna menyampaikan persoalan di Enggano.

“Senin (5/5/2025) ada delapan organisasi kepala desa dan pemerintah desa yang tergabung dalam Desa Bersatu akan bertemu presiden. Kami menitipkan pesan agar kondisi warga Enggano mendapatkan perhatian presiden,” ungkapnya.

Namun, Alam tidak dapat ikut menghadap presiden karena tidak ada transportasi yang dapat membawa dirinya keluar dari Pulau Enggano.

“Saya titip pesan dengan kawan-kawan Desa Bersatu agar isu, aspirasi, penderitaan 4.000 warga Enggano sampai ke presiden,” jelasnya.

Penderitaan warga Enggano sejak satu bulan terus berlangsung akibat pendangkalan alur Pulai Baai hingga menyebabkan kapal Ferry Pulo Tello yang melayani transportasi ke Pulau Enggano tak mampu berlayar.

Bukan itu saja, pendangkalan juga menyebabkan kapal tidak bisa membawa hasil laut dari Pulau Enggano ke Bengkulu. Kapal pengangkut sembako, BBM Pertamina ikut terdampak akibat musibah ini.

Sementara itu, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Persero terus mempercepat pengerukan alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu dengan menambah satu kapal keruk berukuran besar yang akan beroperasi pada Mei 2025.

Saat ini, ribuan kubik pasir berhasil diangkat, dan secara berangsur alur pelayaran mulai terbuka dengan menggunakan Kapal Nera 02 berukuran kecil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *