Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan Bambang Pramono menyebut ada sekitar 700 ribuan petani aktif atau 60% yang usianya di atas 46 tahun dari total 1,2 juta petani aktif. Sisanya, 40% atau 500 ribuan orang adalah petani aktif di bawah usia 46 tahun.
Angka itu dinilai memprihatinkan karena dapat memengaruhi keberlangsungan sektor pertanian. Regenerasi petani coba diupayakan Pemprov Sumsel agar bisa mempertahankan posisi Sumsel sebagai lumbung pangan nasional.
“Tidak hanya di Sumsel, regenerasi petani ini juga menjadi isu nasional. Hal ini bisa menjadi faktor pembatas dalam kelangsungan pertanian dan peningkatan produksi Sumsel,” ujar Bambang, Rabu (11/6/2025).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan itu melalui brigade pangan. Para generasi muda didorong untuk ambil bagian dalam sektor pertanian di Sumsel.
“Saat ini, ada 326 brigade pangan yang telah terbentuk di Sumsel, yang sudah operasional sebanyak 306 brigade pangan. Di Sumatera, Brigade Pangan Sumsel menjadi yang tertinggi,” ungkapnya.
Kelompok itu, kata Bambang, tersebar di sejumlah daerah di Sumsel. Khususnya di wilayah-wilayah produksi pangan dan pelaksanaan program optimasi lahan (opla) dan cetak sawah, seperti di Ogan Ilir, Banyuasin, dan OKU Timur.
Menurut Bambang, brigade pangan yang mengelola opla diharapkan dapat menjadikan lahan lebih produktif. Panen juga bisa dikembangkan menjadi 2-3 kali. Selain itu, brigade pangan juga mendapat bantuan pemerintah sebesar Rp 3 miliar untuk setiap 200 hektare lahan pertanian.
Dana yang disalurkan itu dalam bentuk alat dan mesin pertanian, seperti traktor roda dua dan roda empat, pompa serta combine harvester. Skema bagi hasil juga diatur untuk brigade pangan.
“Bagi hasilnya 70% keuntungan dari hasil panen menjadi milik brigade pangan dan 30% diserahkan ke pemilik lahan. Jadi memang upaya untuk mengatasi regenerasi petani telah digagas. Kalau dulu ada petani milenial, sekarang brigade pangan,” tukasnya.