Setiap tahun menjelang Idul Adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah dengan cara berpuasa. Ibadah ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan puasa Arafah.
Menurut Abdul Wahid dalam buku Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunnah, kesunnahan dari puasa Arafah tidak didasarkan pada pelaksanaan wukuf oleh jemaah haji. Melainkan karena Hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah.
Ibadah sunnah satu tahun sekali ini menjadi kesempatan untuk umat Islam mendapatkan ampunan dosa di masa lalu dan yang akan datang. Inilah penjelasan lengkap puasa Arafah mulai dari pengertian, niat, keutamaan, hingga jadwal lengkap.
Dikutip buku Kedahsyatan Puasa Jadikan Hidup Penuh Berkah miliki Syukron Maksum, puasa arafah merupakan ibadah yang dilakukan sehari sebelum Idul Adha, bertepatan ketika orang yang berhaji sedang bersiap-siap menjalani wukuf di Padang Arafah. Hukum mengerjakan puasa arafah adalah sunnah bagi umat Islam, kecuali yang sedang berhaji.
Orang yang berhaji tidak dianjurkan menunaikan puasa sunnah ini karena dapat mengganggu kesehatan bahkan melemahkan seseorang ketika wukuf. Proses wukuf memerlukan banyak tenaga dan kekuatan untuk menyelesaikan rukun haji tersebut. Kendati begitu, Kalangan Hanafiah tetap memperbolehkan berpuasa Arafah bagi yang berhaji.
Pelaksanaan puasa ini sama seperti puasa Ramadan yang dimulai dari sahur dan diakhir dengan menyegerakan berbuka. Perbedaannya hanya pada bacaan niat yang diucapkan sebelum menjalankan puasa sunnah.
Menunaikan puasa Arafah diawali dengan niat. Dilansir NU Online, niat puasa dapat dilakukan pada malam hari hingga terbitnya fajar. Pembacaan niat boleh dilakukan sebelum tergelincirnya matahari atau masuk waktu zuhur. Berikut bacaan niatnya:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.“
Ada banyak keutamaan yang bisa didapatkan ketika seseorang melaksanakan puasa Arafah. Keutamaan ini didasarkan pada keterangan hadis dan fatwa ulama yang memberikan kekuatan atas kesunnahan menjalankan puasa tanggal 9 Dzulhijjah.
Kesempatan puasa Arafah memberikan ampunan dari Allah SWT untuk menghapus dosa selama dua tahun yakni satu tahun yang lalu dan akan datang. Keutamaan ini bersandar pada hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
قَالَ وَسُبِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ وَسُبِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Artinya: “Kemudian beliau ditanya tentang puasa pada Arafah, maka beliau menjawab: ‘Puasa itu akan menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang.’ Kemudian beliau ditanya tentang puasa pada hari Asyura, beliau menjawab, ‘la akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim).
Dosa yang dihapuskan ketika berpuasa Arafah adalah dosa kecil, ada beberapa yang berpendapat dosa besar juga. Ibnu Abbas RA berkata:
“Seseorang yang melaksanakan puasa Arafah akan mendapatkan kabar gembira bahwa ia akan hidup pada tahun berikutnya. Sebab Nabi Muhammad SAW memberi kabar gembira bahwa seoran gyang melaksanakan puasa arafah akan diampuni dosa di tahun berikutnya.”
Secara fikih, melaksanakan puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Sebelum hari itu, umat Islam bisa menjalankan puasa Tarwiyah di tanggal 8 Dzulhijjah. Anjuran ini menjadi sunnah yang bisa dikerjakan sebelum Idul Adha.
Adapun jadwal pelaksanaannya menentukan konversi tanggal Hijriah ke Masehi. Berdasarkan kalender Hijriah terbitan Kementerian Agama, jadwal puasa Dzulhijjah 1446 H/2025 sebagai berikut:
Jadwal puasa ini dapat berubah setiap tahun karena penanggalan Islam dan penetapan awal bulan melalui sidang isbat Kementerian Agama (Kemenag). Karena itu, umat Islam dapat menunggu penetapan resmi dari pemerintah atau memantau kalender Islam yang berjalan.
Itulah, penjelasan puasa Arafah mulai dari pengertian, keutamaan, niat, hingga jadwal lengkapnya. Semoga berguna, ya.
