Puncak kemarau di Sumatera Selatan tahun ini diprediksi terjadi pada Juli-Agustus 2025. Namun, antisipasi terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan dilakukan sepanjang Mei-Oktober.
“Penanganan karhutla di Sumsel akan panjang tahun ini, tapi ini masih prediksi. Yang jadi pegangan kami, puncak kemarau terjadi pada Juli sampai Agustus. Hanya saja, kalau di Sumsel ini biasanya kemarau bisa memanjang sampai Oktober,” ujar Kepala Balai Pengendalian Kebakaran Hutan (Dalkarhut) Kementerian Kehutanan Ferdian Kristanto, Selasa (13/5/2025).
Dia menyebut, panjangnya kemarau itu sama seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi 2025 diprediksi akan sama seperti 2023, meski puncak kemarau terlewati namun pada bulan berikutnya karhutla masih tinggi.
“Iya seperti 2023 kemarin, kemaraunya cukup panjang bahkan sampai akhir tahun. Ini (puncak kemarau panjang) yang perlu menjadi kewaspadaan juga,” katanya.
Kemarau yang panjang pada 2023 juga mengakibatkan hujan ekstrem pada 2024. Sejumlah daerah di Sumsel mengalami bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Ferdian menjelaskan, penetapan status siaga darurat dari kabupaten/kota dan provinsi diminta untuk mengikuti kondisi kemarau yang terjadi di Sumsel. Selain itu, dia juga berharap adanya OMC (operasi modifikasi cuaca) untuk mengantisipasi dampak ekstrem kemarau.
“Iya, nanti kalau sudah penetapan status siaga provinsi, biasanya dijadwalkan juga OMC. Semoga tepat waktu ketika saat masih ada potensi hujan,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana menyebut kenaikan status siaga darurat bencana karhutla provinsi menunggu proses di 2 daerah sebagai syarat minimal.
“Targetnya akhir Mei atau awal Juni nanti, syaratnya tetap sama harus ada 2 daerah yang menetapkan status terlebih dahulu, rakor lintas instansi untuk penanganan karhutla, dan informasi cuaca dari BMKG,” ungkap Iqbal.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
