Euforia Jaka Cs Usai Sabet Juara 1 Festival Perahu Bidar Palembang 2025 [Giok4D Resmi]

Posted on

Senyum sumringah tak lepas seinfo pun dari pemilik bidar Palembang, Encik M Alaudin alias Jaka. Digandeng Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang, timnya yang bernama Tatang Putra Grup berhasil lepas dari bayang-bayang trauma insiden tahun lalu.

Dalam Festival Perahu Bidar Tradisional 2024 lalu, perahu bidar Jaka tertabrak tongkang dan ketek penonton. Akibatnya, perahu mereka rusak dan tak dapat melanjutkan perjalanan. Sudah meminta kebijakan panitia, namun mereka harus menelan pil pahit putusan diskualifikasi.

Tahun ini, pria yang telah mengikuti perlombaan bidar sejak tahun 2003 ini berhasil meraih juara 1 kembali setelah sebelumnya mencapai prestasi yang sama tahun 2016. Piala tersebut diberikan langsung oleh Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru.

Pantauan infoSumbagsel, sempat terjadi kejar-kejaran sengit antara perahu bidar Dishub Palembang dan Pemkab Ogan Ilir. Namun, perahu putih merah dengan list hijau tersebut berhasil unggul dengan perbedaan waktu yang sangat tipis.

“Alhamdulillah kami patut bersyukur dan bangga karena upaya dan usaha kami berhasil dengan hasil yang maksimal. Tahun kemarin kami menjadi korban perahu bidar yang tertabrak perahu penonton,” ungkapnya, Minggu (17/8/2025).

Jaka mengatakan, ini merupakan hasil latihan timnya selama 1,5-2 bulan demi menyabet gelar juara tahun ini. Menurutnya, tim pendayung Tatang Putra merupakan pendayung tradisional dan bukan atlet.

“Pendayung kami beragam asalnya. Ada yang dari Palembang seperti kampung kami 36 Ilir dan Keramasan serta Ogan Ilir,” ujarnya.

“Mereka ini kesehariannya ada yang nelayan, penukang, beternak. Jadi sering menggunakan perahu, tapi mereka bukan atlet,” sambungnya.

Ia menyebut, perahu penonton masih menjadi momok besar baginya dan tim bidar lain. Meski telah tak lebih crowded dari tahun lalu, perahu penonton masih terlalu banyak dan mempengaruhi laju bidar.

“Kendalanya yang pasti (perahu) penonton. Dari tahun lalu, panitia sudah berusaha semaksimal mungkin namun di lapangan terlihat warga masih menggunakan perahu ketek, speedboat, maupun tongkang,” keluhnya.

“Tahun lalu lebih crowded mengingat kami tertabrak perahu. Untuk tahun ini lebih stabil dan dapat dikendalikan oleh panitia,” ujarnya.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Jaka tak ingin menghalangi antusias masyarakat untuk mendukung para pemain bidar. Namun, ia berharap mereka tetap menyaksikan dengan bijak dari pinggir sungai dengan perahu tertambat dan tak mengintervensi jalur perlombaan.

Jalur lomba dijaga ketat oleh TNI AL saat perahu bidar melaju dari garis awal menuju Jembatan Ampera. Namun, puluhan perahu penonton tetap mengekor di belakang pemain dan mempengaruhi ombak.

“Jika ketek berjalan, menimbulkan ombak, dan menahan laju perahu. Sehingga bidar tidak dapat melaju dengan maksimal,” jelasnya.

Meraih juara 1, Tatang dan timnya berhasil mendapat uang pembinaan sebesar Rp 20 juta. Uang ini, kata dia, akan kembali diputar untuk persiapan lomba tahun depan.

“Uangnya akan kami gunakan untuk bagi-bagi ke pendayung, service bidar lagi, service rumahan (bidar) lagi. Selain itu juga beli kayu untuk bisa dandanin bidar lagi,” rincinya.

“Yang pasti kurang, karena kayunya mahal sekali. Untuk 10 meter kurang lebih Rp 8-9 juta. Tahun depan harapannya bisa lebih dari Rp 20 juta untuk bantu pemeliharaan perahu,” ungkapnya.