Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal kesal terhadap para petani singkong. Mirza kesal karena para petani enggan diajak berdialog.
Kekesalan ini berawal ketika Mirza mendatangi kerumunan petani yang tengah berunjuk rasa. Kemudian dia mengajak para petani untuk berdialog.
Ternyata, ajakan Mirza untuk berdiskusi dengan para petani ini membuatnya kesal lantaran yang datang untuk berdialog di Ruang Abung Pemprov Lampung ini hanya segelintir orang.
“Saya capek ngurusin kamorang (kalian) semua,” serunya tiba-tiba, Senin (5/4/2025).
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya perwakilan para petani ini mau diajak berdiskusi oleh gubernur. Dalam pertemuan itu, Mirza mengatakan urusan harga singkong ini telah diambil oleh pemerintah pusat.
“Sekarang ditarik pemerintah pusat. Saya setengah mati memperjuangkan petani. Jangan bilang saya tidak bisa membela rakyat,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, salah satu langkah nyatanya adalah memulangkan 23 ribu ijazah siswa, mayoritas anak petani, yang tertahan akibat tunggakan biaya pendidikan.
“Saya bebaskan mereka supaya bisa lanjut sekolah dan bekerja. Itu nilainya sampai 3-6 juta rupiah per anak,” jelasnya.
Selain itu, Gubernur juga mengupayakan tambahan kuota serapan gabah oleh Bulog agar hasil panen petani tidak terbuang sia-sia.
“Awalnya hanya 20 persen, saya minta tambahan agar 100 ribu hektare lahan dan 40 ribu petani bisa diserap hasilnya, apalagi saat pengusaha tidak mau beli dengan harga Rp6.500/kg,” jelasnya.
“Kenapa hari ini tidak mau diajak diskusi? Padahal ini bukan pertama kali kita buka ruang dialog,” lanjutnya.
Dirinya juga mengindikasikan adanya provokator yang mencoba menunggangi aksi.
“Harga itu harus dibentuk dengan keikhlasan kedua belah pihak. Kalau tidak, itu dzalim. Pemerintah tidak memaksakan harga, tapi kita cari titik adil yang baik untuk semua pihak, dengan melihat kondisi nasional dan internasional,” tegasnya.