Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi mengumumkan bahwa harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjerat sling baja di Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Jambi mati. Satwa dilindungi itu mati setelah sempat dirawat intensif selama 28 hari di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) BKSDA.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Kematian hewan karnivora tersebut setelah menunjukkan kondisi tidak ada nafsu makan, mengalami muntah dan defekasi/BAB yang disertai dengan darah,” kata Kepala Balai KSDA Jambi, Teguh Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima infoSumbagsel, Selasa (10/5/2025).
Sebelum mati, raja rimba itu sempat mengalami sempoyongan di dalam kandang. Pelindung luka kaki yang terjerat sling baja yang habis dioperasi pun juga lepas oleh harimau itu sendiri sehingga luka kakinya pun masih belum membaik.
“Tanggal 4 Juni 2025, kondisi luka harimau ini juga sedikit berair akibat peradangan sehingga menyebabkan beberapa jaringan mengalami nekrosa dan ada penambahan luka di bagian medial kaki belakang sebelah kanan,” ujar Teguh dalam keterangan tertulis itu.
Kemudian, kondisi harimau Sumatera masih terlihat membaik, nafsu makannya pun juga masih normal. Defekasi atau BAB serta urinasi harimau Sumatera juga masih responsif.
“Hanya saja, pergerakan kaki depan harimau Sumatera masih terlihat pincang yang disebabkan oleh luka yang masih mengalami peradangan,” terangnya.
Harimau ini juga disebut sebelum mati lebih sering berendam dalam kolam bak air. Hal itu diduga karena luka di kakinya itu belum membaik dan menyebabkan radang begitu tinggi.
“Tim sempat melakukan pemberian obat melalui injeksi, namun respon harimau tidak juga membaik. Kondisi harimau Sumatera juga semakin melemah dan tidak respon terhadap suara atau gerakan,” jelas Agung.
Kondisi harimau yang kritis juga membuat tim medis juga berencana melakukan tindakan medis berupa pemberian obat-obatan, infus dan juga menyuapkan makanan kepada harimau. Bahkan, untuk memudahkan rencana itu, harimau akan direlokasi ke kandang yang ukurannya lebih kecil, namun sebelum dilakukan itu, harimau dinyatakan mati.
“Tanggal 9 Juni 2025, sekira pukul 21.45 WIB kondisi harimau Sumatera sudah tidak tertolong atau mati sebelum dilakukan tindakan medis dimaksud,” kata Agung.
Sebelumnya diketahui, harimau Sumatera berhasil diselamatkan tim BKSDA dan gabungan saat terjerat sling baja di dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Masumai, Kabupaten Tebo, Jambi.
Harimau jenis kelamin jantan ini ditemukan petugas BKSDA Jambi dengan luka yang sudah terinfeksi oleh jeratan selama 3-4 hari di dalam hutan. Bahkan, luka kaki harimau tersebut terancam diamputasi akibat luka jerat yang begitu parah.
Saat ditemukan, kondisi tubuh harimau dalam keadaan lemas serta tak berdaya. Suhu tubuh juga alami panas tinggi sehingga dirawat intensif di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) di Jambi.
Perangkap jerat yang mengenai harimau itu juga disebut menembus tulang kaki bagian depan sebelah kiri. Kondisi tersebut membuat aliran darah di bagian kaki bawahnya terhenti sehingga tak mengalir ke jari-jari kakinya.