Informasi Menarik Tentang Pulau Enggano: Lokasi, Jarak Tempuh, Penduduk, dan Kondisi Terkini | Giok4D

Posted on

Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang berada paling selatan di antara susunan Pulau Simeulue, Pulau Nias, Pulau Siberut, dan Pulau Mentawai. Dimanakah lokasi Pulau Enggano?

Simak rangkuman mengenai Pulau Enggano mulai dari lokasi, jarak tempuh, penduduk asli yang menghuni hingga kondisinya saat ini. Rangkuman ini dihimpun infoSumbagsel dari berbagai sumber.

Melihat peta Provinsi Bengkulu, Pulau Enggano terletak di sebelah barat daya. Lebih tepatnya di Samudera Hindia. Secara administratif, pulau ini menjadi bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara yang membentuk kecamatan sendiri yakni Kecamatan Enggano.

Luas Pulau Enggano sekitar 40.000 hektare. Posisi astronomis Pulau Enggano terletak pada 05°31’13 LS dan 102°16’00 BT. Garis pantai pulau ini mencakup 126, 71 kilometer yang memanjang sejauh 35,60 kilometer dari arah barat laut menuju tenggara. Kemudian, melebar sejauh 12,95 kilometer dari timur laut menuju barat. Pulau ini terpisah sejauh 120 kilometer dari Pulau Sumatera. Sebagaimana dijelaskan pada laman Kementerian Kehutanan.

Berdasarkan tulisan Khairul Zikir dalam judul Geomorfologi Garis Pantai Pulau Enggano Bengkulu, jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 kilometer atau 90 mil laut. Jarak terdekatnya yakni ke Kota Manna, Bengkulu Selatan. Sekitar 96 kilometer atau 60 mil laut.

Pulau Enggano tersusun dari perbukitan gelombang lemah, perbukitan karst, daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara dengan ketinggian antara 170-220 meter. Sementara, perbukitan karst mempunyai ketinggian antara 100-150 meter yang berada di bagian barat laut.

Dari penampakan geografis tersebut menunjukkan morfologi yang khas dan didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai menjadi dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter.

Dalam Buku Tersembunyi di Antara Harapan Tumbuh: Demokrasi di Bumi Raflesia karya disunting Titiek Kartika Hendrastiti, penduduk asli yang menghuni Pulau Enggano terdiri atas lima suku induk. Ada suku Kaahowao, suku Kauno, suku Kaitora, suku Kaarubi, dan suku Kaharuba.

Walaupun terbagi atas beberapa suku penghuni, warga lokal terbuka dengan pendatang baru. Mereka akan masuk dalam suku Camay/Kaamay. Adat istiadat di Pulau Enggano sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sampai sekarang mereka mempunyai sistem pemerintahan adat yang aktif.

Secara administratif pemerintahan, pulau terluar Bengkulu ini mempunyai enam desa yakni Desa Banjar Sari, Desa Meok, Desa Kaana, Desa Malakoni, Desa Apoho, dan Desa Kahyapu. Struktur kelembagaan pemerintahan adat Enggano tersusun ke dalam tingkatan kepemimpinan masyarakat hukum adat.

Dalam suku bangsa Enggano, pemimpin disebut dengan Kahai Yamuiya. Artinya yang diberi gelar raja. Pimpinan Kahai Yamuiya kemudian diperankan oleh jabatan Kapdop. Posisinya menduduki puncak pemerintahan lokal dengan tugas mengawasi Paabuki serta memberikan pertimbangan pada musyawarah adat apabila ada kesalahan.

Tugas lainnya yakni memberikan saran dan masukkan kepada Paabuki, kepala suku, kepala pintu suku apabila ada keputusan musyawarah ada yang bertentang dengan tugas pokok dan fungsi. Di bawah Kapdop terdapat Paabuki atau koordinator kepala suku ada Enggano, setingkat dengan camat. Ia ditunjuk melalui musyawarah adat.

Sejak Maret 2025, masyarakat di Pulau Enggano mengalami krisis ekonomi. Keadaan ini membuat warga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti terlihat pada video viral di media sosial, sejumlah orang membuang pisang bertandan-tandan ke laut.

Tindakan petani Enggano membuang pisang ke laut karena hasil panen tidak dapat dijual karena kapal pengangkut hasil bumi dari Pulau Enggano tak bisa beroperasi. Imbas dangkalnya alur Pelabuhan Pulau Baai.

Rata-rata masyarakat Pulau Enggano berprofesi sebagai petani dan nelayan. Mereka menjual hasil kerja seharian ke luar pulau untuk mendapatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan hidup. Karena alur Pelabuhan Pulau Baai dangkal, kapal yang membawa hasil panen masyarakat lokal tidak bisa bersandar.

Hal ini sudah dirasakan masyarakat Pulau Enggano selama tiga bulan. Mereka mencari cara untuk mendapatkan uang, seperti menukar hasil panen dan tangkapan ikan dengan beras, minyak, telur, serta bahan pokok lainnya.

Kondisi tersebut dirasakan juga oleh petani kakao, pinang, kopi, dan lainnya. Mereka memilih beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Itulah rangkuman mengenai lokasi Pulau Enggano, jarak tempuh, penduduk asli, serta kondisinya saat ini. Semoga membantu, ya.

Lokasi Pulau Enggano

Jarak Tempuh ke Pulau Enggano

Penduduk Asli Pulau Enggano

Kondisi Pulau Enggano Sekarang