Jelang Agustusan, Pemilik Bidar Kebut Perbaikan dan Siap Unjuk Kebolehan

Posted on

Perayaan Hari Kemerdekaan RI di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) akan kembali disemarakkan dengan Festival Bidar Tradisional. Menjelang acara yang akan digelar pada 15-17 Agustus 2025 tersebut, pemilik perahu bidar mulai kebut persiapan.

Di salah satu sudut Kota Palembang, tepatnya Lorong PMI, Kelurahan 36 Ilir, Kecamatan Gandus, pemilik bidar Ncik Muhammad Alaudin Sakagarhan bersama tim terlihat masih melakukan reparasi perahu. Rencananya, pria yang kerap disapa Jaka itu akan menurunkan 2 perahu bidar dalam perhelatan akbar tahunan tersebut.

Dia mengatakan, hingga kini perahunya sudah hampir siap sekitar 65% dan telah memasuki tahap pendempulan dan pengecatan.

“Perbaikan bidar kami sejauh ini sudah sekitar 65%. Ini mungkin tinggal melakukan pendempulan dan pengecatan badan perahu,” ungkapnya saat ditemui, Rabu (6/8/2025).

Jaka menyebut, proses reparasi tahunan tersebut telah dilakukan sejak satu bulan yang lalu. Menurut dia, perahu bidarnya akan siap turun pada tanggal 15 Agustus nanti.

“Dari segi desain perahu, tidak ada yang beda. Kami hanya mengubah warna cat dan memperbaiki yang sekiranya perlu. Reparasi ini dilakukan setiap tahun karena bahan bakunya kayu, jadi harus diperiksa dan service rutin,” ujarnya.

Proses pembuatan perahu bidar berlangsung paling cepat antara 1,5-2 bulan dan dikerjakan oleh 4 orang. Namun, durasi tersebut di luar waktu mencari kayu di mana ia dan tim harus menyusuri Sumsel hingga ke Kabupaten Muara Enim dan Lahat.

“Perahu bidar itu bahan bakunya kayu sepanjang 10-15 m, sedangkan mayoritas di Palembang hanya sampai 4 m jadi kami cari di luar kota. Kami pakai beberapa kayu seperti Kayu Merawan, Meranti, Rengas, dan Bungur karena ringan dan tidak mudah rusak,” katanya.

Diakuinya, membuat dan merawat perahu bidar juga bukan hal mudah dan tak memerlukan biaya yang tak sedikit. Setidaknya, puluhan juta keluar dari kantongnya demi menyalurkan hobi dan melestarikan tradisi Palembang tersebut.

“Perahu ini panjang kurang lebih 31 meter itu. Harus kuat menampung 57 orang, yang terdiri dari 55 pendayung, 1 orang juragan atau ketua tim, dan 1 orang tukang timbo yang bertugas membuang air dari dalam perahu,” rincinya.

Jaka menyebut mengikuti perhelatan bidar tak hanya bermodalkan biaya dan tenaga. Restu dari Yang Maha Kuasa juga menjadi salah satu poin penting dalam persiapan hingga acara puncak nantinya.

Menjelang lomba bidar, Jaka dan timnya melakukan berbagai tradisi doa dan berbagi. Tim yang menamakan dirinya sebagai Bidar Tatang Putra itu akan mengadakan syukuran dan pembacaan yasin bersama seluruh warga kampung demi meminta kemudahan.

“Kami mengadakan selamatan, pembacaan yasin dan doa bersama, lalu menyiram kembang ke badan perahu bidar. Kemudian para pendayung akan makan bersama kami. Dibanding ritual, kami menyebutnya sebagai kebiasaan saja dari orang tua,” tuturnya.

Kegiatan tersebut dilakukan semata untuk meminta keselamatan dan kebahagiaan menjelang lomba kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini rutin dilakukan setiap tahun di sela-sela masa perbaikan bidar.

“Kami meminta keselamatan dan kebahagiaan kepada Yang Maha Kuasa agar saat lomba nanti terhindar dari musibah dan memohon kiranya dapat hasil terbaik. Intinya minta agar terhindar dari bala,” imbuhnya.

Ayah dari 3 anak itu menambahkan, pemerintah pernah memberikan bantuan terhadap para pemilik bidar. Setidaknya Rp 4-5 juta disalurkan pada setiap pemilik sebelum pandemi menyerang.

“Dulu ada bantuan perawatan bidar dari pemerintah sampai sebelum pandemi, kurang lebih Rp 4-5 juta (per bidar). Karena perawatannya memang cukup mahal, mengingat kayu yang dipakai sulit dicari dan harga per kepingnya mahal. Jadi harus ekstra merawat bidar,” katanya.

Jaka mengaku hanya tinggal dirinya yang masih membuat bidar tradisional di Palembang. Ia berharap, pemerintah dapat kembali melirik perajin agar tradisi perahu tersebut tak putus di masa yang akan datang.

“Untuk pemerintah, harapannya tolong diperhatikan perahu bidar kami. Karena di Palembang ini hanya tinggal kami saja, yang lain buat di luar daerah. Mungkin ada cara lain untuk memberikan bantuan,” tutupnya.