Kasus DBD di Musi Rawas Tertinggi Sepanjang Juli 2025

Posted on

Sepanjang bulan Juli 2025, tercatat sebanyak 28 kasus demam berdarah (DBD) di Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hasil dari pendataan dinas kesehatan (Dinkes) Musi Rawas, angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam tahun 2025.

Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Musi Rawas, Iwan Joko mengatakan sepanjang tahun 2025, tercatat ada sebanyak 119 kasus DBD yang ada di Musi Rawas.

“Di tahun 2025 ini sudah ada 119 kasus yang tersebar di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Musi Rawas. Untuk wilayah yang paling tinggi itu di Kecamatan Tugumulyo, Muara Kelingi, dan STL Ulu Terawas,” katanya. Sabtu (12/7/2025).

Iwan memaparkan pada periode Januari hingga Maret 2025, tercatat ada 37 kasus DBD, kemudian di bulan April ada 17 kasus, lalu bulan Mei mulai mengalami penurunan menjadi 14 kasus.

Namun, sambung Iwan, kasus DBD di Musi Rawas kembali mengalami peningkatan di periode bulan Juni hingga mencapai 23 kasus. Kasus tersebut terus naik sampai periode bulan Juli yang saat ini sudah mencapai 28 kasus.

“Untuk bulan Juni 2025 hanya ada 23 kasus. Sedangkan di bulan Juli 2025 ini sudah ada 28 kasus. Padahal ini baru memasuki pekan kedua,” ungkapnya.

Meskipun begitu, Iwan mengungkapkan dari total 119 kasus DBD di Musi Rawas tersebut belum ada kejadian luar biasa (KLB) atau warga yang terkena DBD meninggal dunia.

“Sampai saat ini belum ada yang meninggal dan semoga ke depannya jangan sampai ada. Untuk kasus yang sudah tercatat ini sudah ditangani semuanya oleh petugas kita,” ujarnya.

Iwan mengatakan terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan meningkatnya kasus DBD di Musi Rawas. Salah satu faktornya yaitu cuaca di Musi Rawas yang berubah-ubah dari panas ke hujan.

“Salah satu faktor inilah yang jadi memicu percepatan perkembang biakkan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DBD,” ungkapnya.

Iwan menambahkan pihak Dinkes Musi Rawas sendiri telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan serta meminimalisir bertambahnya kasus DBD.

“Kami sudah melakukan sosialisasi secara masif dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan memberikan larvasida untuk seluruh puskesmas, khususnya daerah yang memiliki resiko tinggi terkena DBD. Selain itu kami juga terus mengingatkan kepada masyarakat melalui petugas lapangan agar mereka menerapkan pola hidup sehat dan bersih (PHBS),” ucapnya.