Seiring memasuki musim penghujan, Provinsi Sumatera Selatan mencatat adanya peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Oktober-November 2025.
Hingga saat ini, lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi pada tahun 2025 adalah Kota Palembang yang mencatat 863 kasus, disusul Muara Enim (416 kasus), Ogan Komering Ulu Timur (399 kasus), Ogan Komering Ilir (371 kasus), dan Kota Lubuklinggau (321 kasus).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumsel Ira Primadesa mengatakan pihaknya mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan karena kasus diprediksikan akan terus melonjak hingga di Januari 2026.
“Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, pada bulan Oktober-November kasus DBD cenderung meningkat namun masih terkontrol. Diprediksi meningkatnya curah hujan berpotensi peningkatan tempat perkembangbiakan nyamuk, sehingga potensi peningkatan kasus ini dapat terjadi di bulan Desember 2025-Januari 2026,” kata dia, Jumat (5/12/2025).
Ira mengatakan pola penyebaran DBD telah berubah, karna kini kasus DBD banyak ditemukan di desa.
“Tren kasus DBD yang semula merupakan kasus di perkotaan, saat ini sudah berubah dimana kasus DBD juga banyak ditemukan di desa,” ujarnya.
Ira menjelaskan kasus malaria berdasarkan data SISMAL 2025, terjadi fluktuasi dengan peningkatan pada September (6 kasus) dan Oktober (5 kasus), namun kembali menurun di November menjadi 2 kasus dan tidak ditemukan kasus pada Desember 2025.
Menurutnya, kasus malaria di Kota/Kabupaten Sumsel sangat rendah karena Sumsel telah memasuki fase eliminasi malaria.
“Provinsi Sumatera Selatan telah memasuki fase eliminasi malaria. Sebagian besar kasus merupakan kasus impor dan import relaps. Secara sebaran wilayah, kasus malaria paling banyak ditemukan di Kota Palembang 17 kasus, diikuti Muara Enim 8 kasus dan OKI 3 kasus,” tambahnya.
Sementara sebagian besar Kabupaten/Kota Sumsel lainnya tercatat tidak ada kasus malaria sepanjang tahun 2025, dan diindikasikan karena faktor wilayah.
“Sebagian besar Kabupaten/Kota lainnya melaporkan jumlah kasus sangat rendah bahkan tidak ada kasus sepanjang tahun 2025, hal ini mengindikasikan bahwa beban malaria semakin terlokalisasi di wilayah tertentu, terutama daerah perkotaan dan wilayah dengan mobilitas tinggi,” ujar Ira.
Dia menyebut pentingnya melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus sejak bulan Desember ini.
“Kegiatan PSN 3M Plus, larvasida dan intervensi lain harus dilakukan pada bulan Desember 2025 agar berdampak dalam mencegah peningkatan kasus di bulan Januari 2026,” ujarnya.
Dinkes Sumsel juga mengingatkan masyarakat untuk segera melaporkan ke fasilitas kesehatan bila muncul keluhan kesehatan yang mengarah ke penyakit musim hujan.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel dan BPBD, segera ke fasilitas kesehatan jika muncul keluhan kesehatan yang mengarah ke penyakit musim hujan,” ujarnya.
