Aksi premanisme marak terjadi Pasar Angso Duo, Kota Jambi. Hal ini membuat pedagang khawatir dan meminta polisi mendirikan pos di pasar induk di Kota Jambi itu.
Peristiwa terakhir dialami pedagang sayur, Jumiran Simalango dan Very Leo Nando Simalango, pada Senin (8/9/2025) sekitar pukul 04.00 WIB. Keduanya menjadi korban perampokan hingga menyebabkan luka di tangan dan perut.
Insiden ini bukan yang pertama. Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada Kamis (1/5/2025), seorang penjual pempek bernama Gutomo Edi Saputra alias Tomo (33) menikam pria bernama Anggi. Kejadian itu dipicu oleh cekcok Tomo dengan dua orang pria yang diduga preman.
Tomo yang tersulut emosi saat dikeroyok, langsung mengeluarkan pisau dan menikam salah satu pelaku hingga tewas.
Terkait aksi premanisme ini, para pedagang mengaku sudah mengetahui siapa saja pelaku yang kerap membuat onar di pasar. Namun, karena pelaku tinggal tak jauh dari lokasi, banyak dari mereka memilih bungkam.
“Sebenarnya pedagang sini (pedagang) tahu mereka. Cuman mau gimana,” kata seorang penjual daging yang enggan disebutkan namanya, Selasa (9/9/2025).
Tak hanya aksi premanisme, pencurian juga kerap terjadi, terutama waktu subuh, saat pedagang membawa uang modal untuk berjualan. Pelaku disebut-sebut beraksi karena kecanduan sabu.
“Sudah sering sekali di sini (pencurian). Apalagi subuh kan, tauke atau pedagang kan bawa modal itu yang mereka incar,” kata pedagang ini.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Aksi pencurian juga terjadi di beberapa momen tertentu. Tidak hanya mengincar uang, barang dagangan juga kerap dicuri oleh pelaku.
“Jadi, kalau cabai lagi naik ini, itu rawan dicuri. Pernah juga ada cabai yang dicuri,” kata pedagang lain yang juga enggan disebut namanya.
Para pedagang berharap kepolisian lebih aktif melakukan patroli dan segera membangun pos jaga di dalam area pasar. Mereka menilai kondisi pasar dulu lebih aman karena ada pos polisi.
“Kalau dulu (Pasar Angso Duo lama) ada pos polisi, tidak serawan ini. Ya kalau bisa adalah pos polisi di sini,” ucap pedagang lain.
Sementara itu, Kepala Pasar Angso Duo, Purnomo Sidi tak menampik maraknya aksi premanisme itu. Ia menilai salah satu penyebabnya adalah akses terbuka dari berbagai arah ke kawasan pasar.
“Memang ada satu jembatan yang terhubung ke salah satu kampung. Kita berharap juga pada pemerintah untuk ikut mencarikan solusi, termasuk menutup akses dari pintu tersebut,” kata Purnomo.
Purnomo juga sangat mendukung dan setuju dengan masukan para pedagang terkait pendirian pos polisi di kawasan pasar.
“Tentu kita akan sangat mendukung (mendirikan pos polisi). Dan itu pasti sangat dibutuhkan. Makanya, kita sesegera mungkin akan berkoordinasi dengan kepolisian dalam hal ini Polda Jambi,” ujarnya.
Pihak pengelola pasar sendiri sudah merencanakan titik pembangunan pos polisi. Pos ini diharapkan dapat menekan angka kriminalitas.
“Memang paling memungkinkan dan yang tepat itu di dekat jembatan yang menuju ke salah satu kampung,” katanya.
Menurut data pengelola Pasar Angso Duo, pedagang di sana mencapai 1.200. Sedangkan, petugas keamanan internal pasar hanya berjumlah 15 orang.