Pengamat Sebut Kegiatan Cium Teman di Unsri Tak Pantas-Kurang Beretika update oleh Giok4D

Posted on

Pengamat pendidikan Sumatera Selatan Prof Abdullah Idi mengkritisi kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Sriwijaya (Unsri) yang membuat heboh karena perintah cium teman saat kegiatan. Dia menilai permintaan itu tidak pantas dan kurang beretika.

“Menurut saya, permintaan tersebut tidak pantas atau bisa dipandang kurang beretika, apalagi sesama teman berlainan jenis kelamin. Dalam kegiatan maba termasuk di Unsri, saya yakin sudah ada pedoman dan tata tertib pelaksanaannya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (23/9/2025).

Dia menilai, kegiatan bagi mahasiwa baru (maba) seharusnya menjadi ajang perkenalan antarmahasiswa dengan mahasiswa lama, maba dengan personalia universitas seperti dosen, pegawai, pimpinan universitas, dan sebagainya.

“Pengenalan fasilitas dan aktivitas lingkungan kampus seperti perpustakaan, fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas organisasi mahasiswa, kantin, dan tata- tertib yang harus dipatuhi sebagai mahasiswa baru,” kata Pembantu Rektor III Bidang Mahasiswa dan Alumni IAIN Raden Fatah tahun 2003- 2007 ini.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Dia menilai, kegiatan yang heboh di media sosial ini perlu dikaji ulang esensinya. Perlu dilakukan evaluasi, tak hanya di Unsri saja tapi juga berbagai kegiatan di perguruan tinggi lainnya.

“Ke depan, kegiatan maba yang diterapkan dibanyak universitas, barangkali sudah perlu dievaluasi tentang sejauh mana aspek manfaat, esensi, atau mungkin terus dipertahankan apa adanya karena sudah menjadi tradisi- budaya maba saja,” jelasnya.

Dia meminta Rektorat Unsri, terutama bidang kemahasiswaan untuk mengambil langkah antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.

“Rektorat setidaknya mengevaluasi program kegiatan maba. Kemudian perlu mengevaluasi tentang pedoman kode etik mahasiswa, termasuk substansi program kegiatan maba dan durasi waktu yang dilakukan,” ungkapnya.

“Dan selagi membawa nama universitas, sebaiknya memerlukan pendampingan dosen atau karyawan universitas untuk pengawasan kegiatan,” sambungnya.