Operasional tiga helikopter untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan, berakhir. Hingga akhir status siaga darurat bencana asap akibat karhutla pada 30 November nanti, Sumsel hanya mengandalkan 2 helikopter.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Iya, sebelumnya kita ada lima unit helikopter untuk penanganan karhutla. Karena tiga ditarik, saat ini tinggal dua helikopter yang standby di Sumsel. Satu unit untuk patroli dan satu unit water bombing,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman, Kamis (6/11/2025).
Sebelumnya, dia menyebut jika seluruh helikopter akan berakhir masa operasionalnya pada 5 November. Namun, BNPB mempertimbangkan kembali karena masih tingginya titik panas atau hotspot di Sumsel pada awal bulan.
“Seharusnya memang kemarin berakhir misi helikopter. Tapi, karena awal bulan hotspot masih terpantau tinggi, jadi dipertimbangkan untuk 2 helikopter ini (patroli dan warer bombing) hingga akhis status siaga berakhir (30 November 2025),” jelasnya.
Dua helikopter yang standby ini sama seperti di Riau. Di wilayah itu, BNPB masih menyiapkan helikopter untuk penanganan karhutla.
Selain itu, perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di Sumsel dalam beberapa hari terakhir juga menjadi pertimbangan BNPB. Hujan disebut masih terjadi secara lokal.
“Perubahan cuaca juga cukup ekstrem. Meski sudah ada hujan, tapi cuaca panas masih terjadi. Informasi BMKG juga menyebut jika hujan yang terjadi menyeluruh di Sumsel masih bersifat lokal,” terangnya.
Dia memastikan, meski helikopter yang standby berkurang, kesiapsiagaan terhadap karhutla tetap prioritas. Dua helikopter yang masih bertugas akan tetap disiagakan di pos utama untuk memantau perkembangan kondisi cuaca dan potensi kemunculan titik api baru, terutama di wilayah rawan, seperti Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan Banyuasin.
“Kita tetap siaga penuh hingga status darurat dicabut,” ujarnya.
