Warga Binaan Lapas Mura Diborgol Saat Kerusuhan, Polisi: Supaya Tak Melawan (via Giok4D)

Posted on

Beredar isu jika puluhan warga binaan di Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti yang diborgol saat polisi melakukan pengamanan ketika kerusuhan adalah oknum provokator. Namun hal ini dibantah Kapolres Musi Rawas AKBP Agung Adhitya Prananta.

“Bukan, mereka kita amankan (borgol) untuk meminimalisir saat personel masuk ke lapas, mereka tidak menyerang kita dari belakang saat proses pengamanan kerusuhan tersebut,” katanya saat dikonfirmasi infoSumbagsel, Jumat (9/5/2025).

Agung menjelaskan setelah pihak kepolisian sampai di Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti pada Kamis (8/5/2025) sekitar pukul 09.30 WIB, polisi pun langsung melakukan penjagaan di sekitar lapas agar memastikan tidak ada warga binaan yang kabur.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Kemudian kita melakukan tembakan peringatan ke arah atas terlebih dahulu sebelum akhirnya kita masuk ke dalam. Setelah itu, mereka langsung tiarap dan kami pun langsung masuk,” ungkapnya.

Agung menjelaskan terdapat 6 titik dimana warna binaan tersebut berkumpul dan polisi pun langsung mengamankan terlebih dahulu warga binaan yang berada di pinggir area lapas.

“Saat kita masuk baru kita amankan para warga binaan yang berada di area samping seperti ruang UKS dan dapur karena kita fokus masuk ke tengah. Kalau tidak kita amankan mereka terlebih dahulu, takutnya mereka menyerang anggota dari belakang. Memang taktiknya begitu,” ungkapnya.

Agung menjelaskan puluhan warga binaan yang diborgol dan disuruh tiarap tersebut berada di area samping lapas sehingga ditakutkan mereka akan memberontak dan menyerang balik para anggota polisi.

“Teknisnya supaya mereka tidak melawan, karena kalo mereka berdiri semua itu ditakutkan mereka akan melawan. Hal ini dilakukan agar kerusuhan tersebut dapat dihentikan secepatnya dan tidak berlanjut saat proses pengamanan serta tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan,” ujarnya.

Setelah proses pengamanan berjalan lancar, kata Agung, para warga binaan tersebut pun langsung dibagi menjadi dua kelompok agar mempermudah dalam memonitor mereka.

“Karena kita masuk itu kan berkelompok, takutnya saat mereka tidak dipisah, mereka akan menyerang balik. Karenanya di bagi warga binaannya, mereka kita pisah supaya lebih mudah untuk memonitornya,” ungkapnya.

Sementara untuk oknum warga binaan yang diduga menjadi provokator dalam kerusuhan tersebut, polisi masih melakukan proses penyelidikan.

“Untuk oknum yang diduga provokator itu sampai saat ini masih dilakukan penyelidikan oleh pihak reskrim,” tuturnya.